PARIWISATA BERBASIS "NAGARI" SUMBAR BUTUH DUKUNGAN OPTIMAL

id

   Batusangkar, Sumbar, 6/6 (ANTARA) - Pariwisata di Sumatra Barat yang berbasis "nagari" atau desa, khususnya di Kabupaten Tanah Datar yang dalam dua tahun terakhir digagas bersama Program Keahlian Ekowisata Institut Pertanian Bogor, membutuhkan dukungan optimal
pemerintah daerah.

         "Kerja sama dalam dua tahun terakhir antara Pemkab Tanah Datar dan IPB melalui penelitian dan praktik kerja lapangan mahasiswa ekowisata, merupakan terobosan yang patut mendapat dukungan untuk memajukan pariwisata berbasis 'nagari'," kata mantan
Wakil Bupati Tanah Datar Aulizul Syuib, yang sejak awal mendukung
kerja sama tersebut, di Batusangkar, ibu kota Kabupaten Tanah Datar,
Senin malam.

         Ia saat menerima delegasi dosen dan mahasiswa Program Keahlian Ekowisata IPB mengatakan kerja sama yang baik tersebut hendaknya
dapat terus berlangsung untuk membangun secara sinergis antara
perguruan tinggi dan Pemkab Tanah Datar melalui Dinas Kebudayaan,
Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga di daerah ini.

         Menurut dia, siapa pun pemimpin daerah ini diharapkan dapat
melanjutkan program yang lebih baik untuk  kemajuan pariwisata di Kabupaten Tanah Datar, dan umumnya di Sumbar melalui hasil penelitian akademik yang bisa diterapkan dengan mempertimbangkan ciri khas kebudayaan yang ada.

         "Jadi, saya juga sangat mengharapkan kehadiran mahasiswa IPB yang
melakukan penelitian, dan hasilnya bisa menjadi rujukan pemerintah
daerah untuk dapat melanjutkan programnya lebih baik lagi," kata Aulizul Syuib, yang juga menjabat Kakawarcab Pramuka 04 Tanah Datar, dan menjadi Ketua Pelaksana Jambore Budaya Serumpun RI-Malaysia di Istana Pagaruyung pada 8-12 Juni 2010.

          Sementara itu, ahli ekowisata IPB Dr Ir Ricky Avenzora MSc
mengatakan Kabupaten Tanah Datar memiliki berbagai potensi
ekowisata yang luar biasa, baik potensi jumlah dan
keragamannya serta kualitasnya.

         Ia mengemukakan, sebagai pusat kebudayaan Minang, maka pembangunan dan pengembangan ekowisata budaya di Kabupaten Tanah Datar harus dikawal dan didukung agar mampu memberikan hasil dan manfaat yang terbaik untuk semua pemangku kepentingan.

         Selain itu, juga bagi semua aspek kehidupan di Kabupaten Tanah Datar, yaitu bagi masyarakat lokal, wisatawan, dan kelestarian
sekaligus keserasian pengembangan budaya itu sendiri.

         Menurut dia, budaya matrilinial Sumatra Barat yang berpusat di
Kabupaten Tanar Datar haruslah dilestarikan dan dikawal
pengembangannya secara baik dan benar agar serasi dengan perkembangan
dan tuntutan modernisasi yang tidak akan bisa dibendung.

         "Apa pun yang terjadi, adat matrilineal di Sumatra Barat haruslah
dilestarikan secara baik dan benar, bukan hanya karena keluhuran tata
nilai dan  filosofi dari adat matrilineal tersebut, tetapi juga
terkait berbagai potensi kekuatan yang terkandung di dalam
adat tersebut untuk pembangunan lokal maupun nasional,"
kata Ricky Avenzora.

         Ketua Program Keahlian Ekowisata IPB Ir Tutut Sunarminto MSi menambahkan, pada 2011 pihaknya kembali menjadikan Tanah
Datar sebagai perhatian mahasiswa ekowisata IPB untuk dijadikan
pusat penelitian mereka.

        "Sebanyak 10 orang mahasiswa ekowisata IPB saat ini sedang dalam
penyelesaian penelitian dan praktik kerja lapangan di Kabupaten
Tanah Datar," katanya.

                              Meningkat
    Ia menjelaskan jumlah mahasiswa ekowisata IPB yang melakukan
penelitian dan praktik kerja lapangan di Tanah Datar ini meningkat 100 persen dibanding 2010.

         Para mahasiswa itu, katanya, lebih dari empat bulan berada di
berbagai "nagari" (desa) yang terdapat di Kabupaten Tanah Datar untuk
melakukan penelitian yang terintegrasi langsung dengan praktik
kerja lapangan. Ini harus dilakukan sebagai syarat untuk
menyelesaikan studi mereka di Program Ekowisata IPB.

         Ia menjelaskan, dalam program terintegrasi tersebut, berbagai hasil penelitian yang mereka lakukan harus langsung diseminasikan
kepada masyarakat dan mesti diwujudkan bersama dengan masyarakat ke
dalam suatu tatanan pranata sosial untuk mendukung
terwujudnya pembangunan ekowisata berbasis "nagari" di kabupaten
tersebut.

         Menurut Tutut Sunarminto, terus berlangsungnya program tersebut karena adanya antusiasme yang tinggi dari Pemerintah Kabupaten
Tanah Datar untuk memajukan pembangunan ekowisatanya secara terencana, sinergis dan efisien.

         "Melalui berbagai penelitian dan praktik kerja lapangan terpadu
tersebut, berbagai kebutuhan penelitian dan proses perencanaan
ekowisata di Kabupaten Tanah Datar dapat dilaksanakan secara cepat,
murah, efisien dan efektif melalui kolaborasi yang dilakukan dengan
para mahasiswa," katanya.

         Di satu sisi, katanya, mahasiswa menjadi terpacu untuk
menerapkan dan memberikan ilmu yang terbaik untuk masyarakat,
sedangkan di sisi lain pemerintah kabupaten juga  terbantu
dalam melaksanakan berbagai proses perencanaan ekowisata yang umumnya
membutuhkan keahlian dan biaya mahal. (A035/*)