Kurangi risiko "long COVID-19" dengan vaksinasi

id Long covid,vaksinasi

Kurangi risiko "long COVID-19" dengan vaksinasi

Dokter spesialis paru Dr. dr. Fathiyah Isbaniah, Sp. P (K) saat memberikan keterangan secara virtual yang diakses di Jakarta, Senin (18/7). ANTARA/Wuryanti Puspitasari.

Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis paru Fathiyah Isbaniah mengajak masyarakat untuk melengkapi diri dengan vaksinasi COVID-19 hingga dosis penguat guna mengurangi risiko terjadinya long COVID-19.

"salah satu cara untuk mengurangi risiko long COVID-19 atau sindrom setelah COVID-19 adalah dengan vaksinasi, mulai dosis pertama hingga dosis penguat," katanya dalam wawancara virtual yang diakses di Jakarta, Senin.

Pernyataan tersebut disampaikan usai konferensi pers mengenai sosialisasi penelitian/riset terkait Long COVID-19, hasil kerja sama RSUP Persahabatan, Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI, serta Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI).

Ketua Divisi Infeksi RSUP Persahabatan itu menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang menjadi faktor risiko sindrom setelah COVID-19. Pertama, usia di atas 50 tahun, penyakit penyerta atau komorbid, hipertensi, obesitas, kondisi psikiatri, penyakit imunosupresif, dan tingkat keparahan gejala pada saat fase akut COVID-19.

Dengan demikian, kata dia, sedikitnya ada dua upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko long COVID-19. "Pertama, jika seseorang memiliki komorbid atau penyakit penyerta, harus dikontrol, misalkan memiliki diabetes, penyakit ginjal, atau hipertensi, harus dikontrol agar dapat terkendali," katanya.

Baca juga: Umat Hindu Mataram akan menggelar Doa Peneduh Jagat agar pandemi berlalu

Yang kedua, kata dia, melengkapi diri dengan vaksinasi guna mengurangi risiko terinfeksi atau kalaupun terinfeksi, diharapkan dapat mencegah risiko gejala berat atau mengurangi keparahan gejala pada saat fase akut COVID-19.

Dia menambahkan vaksinasi COVID-19 lengkap mulai dari dosis pertama hingga dosis penguat terbukti dapat meningkatkan daya tahan tubuh. "Dengan melengkapi diri dengan vaksinasi, lalu rutin kontrol ke dokter untuk penanganan komorbid yang diderita diharapkan akan dapat mengurangi risiko long COVID-19," katanya.

Dokter Fathiyah Isbaniah menambahkan sindrom setelah COVID-19 biasanya ditandai dengan gejala yang menetap hingga 12 minggu dari onset atau waktu permulaan munculnya suatu penyakit. "Yang perlu diperhatikan adalah gejala menetap lebih dari 12 minggu dari onset, dan bukan dari diagnosis penyakit lain," katanya.

Baca juga: Kota Mataram masih nihil kasus KDRT saat pandemi corona

Dia mengatakan bahwa terdapat 10 gejala umum sindrom setelah COVID-19, yaitu kelelahan, gangguan memori, sesak napas, gangguan tidur, nyeri sendi, gangguan konsentrasi, gangguan indra pengecap, cemas dan depresi, batuk hingga rambut rontok. "Sementara gejala long COVID-19 yang paling sering dilaporkan adalah kelelahan atau fatigue," katanya.