BKP MANTAPKAN PEMAHAMAN GURU TENTANG DIVERSIFIKASI PANGAN

id

     Mataram, (ANTARA) - Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terus berupaya memantapkan pemahaman guru mengenai program diversifikasi pangan sehingga bisa memberikan pembelajaran kepada anak didiknya.

     Kepala BKP Provinsi NTB Hj Husnanidiaty Nurdin, di Mataram, mengatakan peran kepala sekolah, guru dan pengawas pendidikan sangat besar dalam menyampaikan materi pembelajaran tentang muatan lokal penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi kepada anak didiknya.

     "Pembelajaran mengenai diversifikasi pangan sangat penting untuk disampaikan oleh para ke anak didik sehingga mereka lebih paham. Untuk itu, peran tenaga pendidik di sekolah sangat besar," katanya pada acara sosialisasi mata pelajaran muatan lokal penganekaragaman konsumsi pangan.

     Menurut dia, pihaknya sudah menjalin kerja sama dengan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kota Mataram untuk menyusun materi pembelajaran diversifikasi pangan sejak 2009.

     Pemahaman mengenai upaya mengurangi konsumsi pangan beras dan digantikan dengan bahan pangan lainnya, seperti umbi-umbian dan jagung disisipkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam dan mata pelajaran olahraga atau Pendidikan Kesehatan Jasmani.

     Upaya tersebut sudah dilakukan sejak satu tahun lalu, namun setelah dilakukan evaluasi masih ada kekurangan sehingga BKP NTB dan Dinas Dikpora Kota Mataram mencoba memasukkan ke dalam mata pelajaran Muatan Lokal selama satu semester.

     "Upaya itu membuahkan hasil. Bahkan ada guru yang sudah membuat empat buku tentang penganekaragaman konsumsi pangan dan gizi. Jadi guru sangat berperan dalam hal ini," ujarnya.

     BKP NTB dan Dinas Dikpora Kota Mataram, kata Husnanidiaty, telah membentuk 12 sekolah model pengintegrasian materi penganekaragaman pangan dan gizi di Kota Mataram, yang terdiri dari empat SD negeri, empat SMP negeri dan empat SMA negeri.

     Program tersebut mendapat respon positif dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Bahkan Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan akan menindaklanjuti hal itu pada 2013.

     Menurut dia, pemberian pemahaman mengenai konsumsi pangan nonberas penting artinya karena terkait juga dengan kondisi lahan pertanian yang semakin sempit, disamping sangat bermanfaat dari sisi kesehatan.

     Berbagai persoalan kesehatan di NTB, seperti gizi lebih, gizi kurang dan gizi buruk, erat kaitannya dengan pola konsumsi pangan.

     Oleh sebab itu, sekolah adalah lingkungan yang paling tepat untuk menyosialisasikan diversifikasi pangan.

     "Contoh baik yang sudah berjalan di sejumlah sekolah yang ada di Kota Mataram, kita perlu angkat menjadi kegiatan di tingkat Provinsi NTB. Oleh sebab itu, peran kepala sekolah, guru dan pengawas pendidikan sangat besar," ujarnya. (*)