Kayu kelapa dalam arsitektur bangunan tradisional lombok

id kayu kelapa, arsitektur, lombok

Kayu kelapa dalam arsitektur bangunan tradisional lombok

Hotel novotel Lombok dengan arsitektur kayu kelapa (ist)

Bahan kayu kelapa tidak hanya hanya digunakan pada rumah tempat tinggal, tetapi juga menjadi bahan bangunan utama pada sejumlah hotel, sebut saja Hotel Novotel Lombok di objek wisata pantai Mandalika, Lombok Tengah".
     Arsitektur bangunan khas Lombok dengan dominasi kayu kelapa nampaknya menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat di Pulau Lombok, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penggunaan jenis kayu bernama latin "Cocos Nucifera", selain kuat juga memberikan kesan alami.
     Bahan kayu kelapa tidak hanya hanya digunakan pada rumah tempat tinggal, tetapi juga menjadi bahan bangunan utama pada sejumlah hotel, sebut saja Hotel Novotel Lombok di objek wisata pantai Mandalika, Lombok Tengah.
     Bangunan dan interior hotel ini di desain sebagai refleksi dari arsitektur rumah adat suku sasak yang didukung oleh landscape yang unik dan kental dengan nuansa pedesaan. Bahan bangunan dari kayu kelapa menjadi ciri khas hotel bintang empat ini.
     Atap yang terbuat dari alang-alang memperkaya konsep alam pedesaan dari bangunan hotel ini dan keseluruhan material bangunannya dari alam seperti kayu kelapa, rotan, gerabah dan teraso, sehingga memberikan kesan alami.
     Eksterior hotel mulai dari kusen, daun pintu, lemari dan perlengkapan meublair dan lantai bangunan hotel yang berlokasi di pesisir pantai Mandalika itu semuanya dari bahan kayu kelapa, sehingga benar-benar kental dengan nuansa pedesaan.
      Namun demikian tidak mengurangi kesan bahwa hotel Novotel Lombok ini sebagai hotel dengan grade bintang empat yang beberapa waktu lalu dijadikan tempat pertemuan dua Kepala Negara, yakni Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Tun Razak dan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.     
       Secara keseluruhan arsitektur tradisional Lombok yang menjadi ciri khas hotel bintang empat itu serasi dengan keindahan pantai berpasir putih nan eksotis yang namanya diangkat dari legenda Putri Mandalika yang konon berparas cantik.
     Terlepas dari cerita itu, bahan bangunan dari kayu kelapa memang menjadi alternatif pilihan bagi masyarakat ketika harga kayu hutan semakin atau kayu rimba kian meningkat akhir ini.
     Kayu kelapa semakin diminati masyarakat di Pulau Lombok termasuk di Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, karena harganya lebih murah dan relatif kuat serta tahan lama untuk dijadikan bahan bangunan.
     Misaid (60), salah seorang pedagang bahan bangunan kayu kelapa di Desa Medana, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Lombok Utara menuturkan  dalam beberapa bulan terakhir kayu kelapa diminati warga yang ingin membangun rumah, menyusul harga kayu produksi hutan meningkat.
       Harga kayu olahan hasil hutan, seperti kayu Kalimantan cukup tinggi. Kayu ulin Kalimantan harganya mencapai Rp10,50 juta per meter kubik, sementara kayu ulin sulawesi Rp7,5 juta per meter kubik, kayu merbau Rp8,9 juta per meter kubik
       Selain itu, kayu bengkirai Rp8,7 juta per meter kubik dan kayu kamper Rp6,7 juta per meter kubik, sedangkan kayu kelapa kualitas super hanya Rp2,7 juta per meter kubik.
        Sehubungan dengan berbagai kelebihan yang dimiliki kayu kelapa para pedagang "ramoan" (bahan bangunan dari olahan kayu kelapa), jenis kayu ini laku keras di pasaran. Kayu kelapa tidak saja untuk bahan bangunan rumah tinggal, tetapi juga banyak dipakai di hotel bintang maupun non bintang atau hotel melati.
        "Saya kewalahan melayani permintaan bahan bangunan dari kayu kelapa, karena permintaan cukup banyak. Tingginya permintaan bahan bangunan itu terjadi karena semakin mahalnya kayu rimba dan ketatnya pengawasan kayu ilegal oleh aparat kehutanan," katanya,
       Ia mengatakan, kayu dari hutan kualitas tiga atau kayu masih muda tidak bisa bertahan lama untuk bahan bangunan, terutama kalau sering kena hujan akan cepat lapuk dan rusak dimakan rayap.
      Tentang kelebihan kayu kelapa itu juga disampaikan masyarakat sejumlah kontraktor terutama perusahaan pengembang. Mereka lebih baik memilih kayu kelapa sebagai bahan bangunan dibandingkan kayu rimba yang tidak tahan lama dan harganya mahal.
       Ilyas (45), pedagang bahan bangunan kayu kelapa lainnya juga mengakui permintaan bahan bangunan dari kayu "kopong" (kayu kelapa) tersebut mengalami peningkatan sejak beberapa tahun terakhir.
     "Saya kewalahan melayani permintaan bahan bangunan dari kayu kelapa yang kian meningkat akhir-akhir ini. Permintaan bahan bangunan itu tidak hanya dari Lombok Utara tetapi juga dari daerah lain di Pulau Lombok," katanya.
     Ketika permintaan akan banahn bangunan itu semakin ramai, menurut dia, relatif sulit mencari pohon kelapa, karena petani yang bersedia menjual pohon kelapa sekarang ini relatif kurang.
    Dia mengatakan, sejak beberapa tahun ini relatif sulit mendapatkan pohon kelapa, karena petani tidak mau menjual. Para petani  hanya mau menjual pohon kelapa kalau sudah berhenti berbuah.


     
                                                 Pohon kelapa mahal    
     "Kalau ada yang mau menjual kita berebutan dengan pedagang lain. Para pembeli pohon kelapa datang ke rumah petani. Yang dapat adalah yang berani membeli dengan harga yang lebih mahal. Ini yang menyebabkan harga pohon kelapa terus meningkat.
      Menurut dia, harga pohon kelapa sekarang ini mencapai Rp800.000 per pohon dan biasanya yang dijual petani adalah pohon yang sudah tidak berbuah.
      "Dari satu pohon kelapa tersebut kita bisa mendapatkan 80 meter kayu ukuran panjang 4 sampai 5 meter. Ongkos membuat yang dibutuhkan sampai menjadi bahan bangunan Rp2.000 dan ongkos angkut Rp300 per meter kubik," katanya.
      Dia mengatakan, kayu kelapa yang sudah diolah menjadi bahan bangunan dijual dengan harga Rp18.000 per meter untuk kualitas I dan II dan kualitas III Rp16.000 hingga Rp17.000 per meter.
      Jadi, kata Misaid, keuntungan yang bisa diperoleh dari usaha kayu kelapa bahan bangunan tersebut relatif kecil, karena harga pohon kelapa saat ini cukup mahal.
      "Kalau pembeli kayu kelapa minta diantarkan misalnya ke Lombok Tengah, maka kita harus mengeluarkan biaya 6Rp600.000 per truk dan kalau kie Lombok Timur ongkosnya mencapai Rp700.000 per truk," katanya.
       Sementara itu H Mahmud Husein, warga desa Medana mengaku lebih baik memilih kayu kelapa untuk membangun rumah karena sudah terbukti mampu bertahan lama.
       "Rumah yang sedang saya bangun sekarang semuanya menggunakan kayu kelapa dari pohon yang sudah tua. Saya sengaja memilih pohon kelapa yang sudah tidak berbuah dan warna kayunya hitam," katanya.
       Menurut dia, bahan bangunan dari kayu kelapa yang sudah tua bisa bertahan puluhan tahun. Kayu kelapa bisa dijadikan kusen pintu, jendela dan usuk, bahkan banyak yang memanfaatkan kayu kelapa untuk daun pintu.
       Pintu dari bahan kayu kelapa tua, menurut Mahmud, selain kuat juga seratnya yang berwarna hitam terlihat  menarik, apalagi kalau menggunakan pernis serat kayu akan semakin terang.
      Sejatinya kayu kelapa merupakan sumber kayu alternatif baru yang berasal dari perkebunan kelapa yang sudah tidak menghasilkan lagi buah kelapa.
      Pohon-pohon kelapa yang digunakan sebagai bahan bangunan itu rata-rata berumur 60 tahun ke atas dan sudah tidak berbuah lagi sehingga biasanya akan ditebang dan diganti dengan bibit pohon yang baru.  
     Pohon kelapa sebenarnya tergolong tanaman palem. Pada kayu kelapa takkan ditemukan alur serat lurus dan serat mahkota karena semua bagiannya adalah fiber.      Dulahit (60), tukang rumah di Desa Medana, Kecamatan Tanjung mengutarakan kelebihan kayu kelapa. Tidak akan ditemukan mata kayu karena pohon kelapa tidak memiliki ranting.  
        Penggolongan grade kayu kelapa ditentukan dari pemotongan pohon, semakin menuju ke inti, kerapatan serat kayu kelapa cenderung semakin rendah/sedikit.
        "Secara kasat mata kualitas kayu kelapa dapat juga dibedakan dari gelap-terangnya kayu. Semakin gelap warna kayu kelapa umumnya menandakan kerapatan serat kayu yang semakin padat sehingga kayu semakin kuat," ujar tukang pembuat "berugak" (joglo) dengan bahan kayu kelapa ini.
        Saat ini banyak dikembangkan penggunaan kayu kelapa sebagai alternatif pengganti kayu hutan untuk lantai rumah dari kayu. Sebagai lantai, kayu kelapa awet dan tahan lama seperti kayu biasa. Warna dan corak serat kayunya sangat khas.
       Kayu kelapa sebagai sumber bahan baku lanti rumah sangat banyak dijumpai diseluruh wilayah Indonesia, karena memiliki berbagai kelebihan dibandingkan dengan kayu rimba.
     Beberapa fakta tentang Lantai Kayu Kelapa, antara lain secara alami, kayu kelapa memiliki kerapatan yang lebih padat dibandingkan kayu hutan pada umumnya. Hal ini terlihat dari kepadatan  serat yang secara kasat mata bisa dibedakan dari gelap/terangnya kayu kelapa.
     Kelebihan lainnya adalah anti rayap, ini dapat dihindari dengan "treatment"  yang benar pada proses pengeringan awal kayu dan pada dasarnya rayap tidak menyukai kayu kelapa karena seratnya yang padat.
    Kayu kelapa yang sebelumnya dianggap kayu kualitas rendah. Kini "diburu", bukan saja untuk membuat rumah, tetapi juga hotel bintang dengan arsitektur tradisional Lombok. Tidak berlebihan bahan baku lokal berpenampilan internasional.(*)