Resensi Buku - Memetik Rupiah dari Pepaya California

id Pepaya california

Resensi Buku - Memetik Rupiah dari Pepaya California

Buku 9 Jurus Sukses Bertanam Pepaya California (Ist)

Menjalani agribisnis dan selanjutnya tinggal menunggu tibanya waktu untuk memetik laba keuntungan dari panen buah pepaya, merupakan salah satu langkah cerdas untuk mendapatkan rupiah
Pepaya, buah asli dari Amerika tropis, mulai dikenal di Indonesia pada abad-17. Diperkirakan penjelajah bangsa Eropa yang mempunyai hubungan perdagangan dengan Amerika tropis, yang memiliki andil dalam menyebarkan biji-biji pepaya ini ke berbagai wilayah kolonialnya.

Pada beberapa daerah di Indonesia, pepaya memiliki penyebutan yang beragam, seperti gedang, gandul atau kates. Di negara Asia, pepaya disebut sebagai mala kaw (Thailand), katelah (Malaysia), fan mu gua (Tiongkok) dan du du (Vietnam).

Sejak dikenal di Tanah Air, tanaman berfamili "Caricaceae" ini belakangan banyak dijumpai di berbagai pekarangan rumah penduduk dan dibiarkan tumbuh seadanya. Namun ada pula yang sengaja membudidayakan pepaya di lahan perkebunan sebagai tanaman buah prospektif yang diharapkan menjadi sarana mendatangkan penghasilan.

Konsumsi pepaya rata-rata mencapai 2,24 kg/kapita/tahun atau sekitar 7,24 persen dari total konsumsi buah/kapita/tahun, demikian terdeskripsi dalam buku "9 Jurus Sukses Bertanam Pepaya California" yang ditulis Amir Hamzah (Penerbit AgroMedia Pustaka).

Amir Hamzah selama ini dikenal sebagai salah satu pelaku usaha di bidang agribisnis di wilayah Jakarta, dan sudah bertahun-tahun menjadi penuplai buah-buahan ke berbagai swalayan, hotel berbintang dan toko buah. Lelaki yang menjabat sebagai Ketua Umum Asosiasi Petani Pepaya Indonesia (API) ini sengaja menulis buku untuk menyebarluaskan pengetahuan yang dimilikinya, mengingat konsumsi pepaya di masyarakat selalu meningkat dari tahun ke tahun.

Buku ini sangat sesuai dijadikan literatur bagi masyarakat yang sadar akan arti kesehatan, dikarenakan memperoleh pengetahuan detil kandungan dalam buah dan daun pepaya, yang mencakup protein, Vitamin A, kalsium, Vitamin B1, fosfor, zat besi dan lainnya. Pengetahuan tak kalah berarti juga didapati pada buku ini, di mana penulis menjelaskan berbagai manfaat dari bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional, bahan kosmetika dan digunakan pada industri penyamakan kulit.


                                                 16 Brix

Di sisi lain, bagi masyarakat yang ingin melakukan usaha di bidang agribisnis, penulis memaparkan secara rinci tentang seluk beluk pepaya.

Tentang jenis, penulis menyebutkan ada beberapa kultivar pepaya yang beberapa waktu lalu "booming" di masyarakat. Seperti, pepaya berukuran besar (pepaya bangkok dan cibinong), pepaya ukuran sedang (pepaya california, tainung dan red lady), dan berukuran kecil (pepaya hawaii, sunrise, arum bogor - arum sari dan aloha prime).

Perihal pepaya california, penulis menyebutkan buah ini pertama kali diperkenalkan ke khalayak umum pada tahun 1998. Begitu muncul, pepaya ini langsung mendapat perhatian karena tingkat kemanisannya mencapai 16 brix, memiliki harga jual lebih tinggi dari pepaya bangkok dan ketahanannya mencapai satu minggu pascapanen.

Bobot pepaya california berkisar antara 1-1,5 kg/buah. Di supermarket, harga jual pepaya california adalah Rp7.500 - Rp20 ribu/kg. Sedangkan di tingkat petani, harga pepaya california biasanya berkisar Rp2.500 - Rp3.500/kg setelah disortasi.

Salah satu tips agar masyarakat tidak gagal dalam menjalankan agribisnis pepaya california, adalah dengan melakukan pencegahan terhadap serangan hama dan penyakit. Pencegahan dilakukan agar pelaku usaha tidak mengalami kerugian terhadap kemungkinan terjadinya kemerosotan produksi.

Jenis-jenis hama yang sering menyerang pepaya california adalah kutu putih (Paraccocus marginatus), aphis atau kutu daun (Aphis gossypii), thrips (Tyhrips tabaci), kutu daun (Myzus persicae), kepik hijau (Nezara viridula), siput telanjang (Parmarion pupillaris) dan tungau merah (Tetranychus sp.).

Penyakit yang banyak menjangkiti pepaya adalah antraknosa, busuk akar persemaian, layu fusarium, bercak cincin pepaya, virus mozaik pepaya dan busuk bakteri. Pengendalian busuk bakteri dilakukan dengan melaksanakan pola pergiliran tanaman, membongkar tanaman yang sakit dan melakukan perbaikan kultur teknik budi daya.

Apabila tidak ada kendala berarti dalam proses budi daya, maka buah pepaya california dapat dipanen perdana ketika sudah menginjak usia 165 hari, atau sekitar 5,5 bulan pascabunga mekar. Tanaman ini selanjutnya bisa dipanen secara kontinyu setiap 5-7 hari sekali dan setiap pohon mampu menghasilkan 50 - 80 kg buah.

Penulis memberi saran bagi calon pelaku agribisnis pepaya california, sebelum melakukan usaha budi daya sebaiknya melakukan pemetaan target pasar yang dituju. Pelaku agribisnis pun sebaiknya membuat analisa usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran langkah-langkah untuk mengelola modal yang dimiliki, supaya dapat diperhitungkan secara seksama mengenai kelayakan usaha yang akan dijalankan.

Amir Hamzah memberi ilustrasi analisa usaha pada agribisnis pepaya pada lahan berukuran 100 m x 100 m. Setelah tahun ketiga, maka biaya produksi menghabiskan Rp104.613.600, dan jumlah pendapatan yang diperoleh adalah Rp157.100.000. Jadi total keuntungan yang didapatkan adalah Rp52.486.400.

Bertolak dari analisa usaha tersebut, penulis menyebutkan bahwa berkebun pepaya adalah satu satu usaha tani yang keuntungannya cukup menjanjikan. Sementara itu, berdasarkan pengalaman Amir Hamzah yang sudah bertahun-tahun malang melintang menekuni usaha buah-buahan unggul, termasuk pepaya california, dan telah merasakan manis legitnya laba rupiah yang didapatkan dari pepaya, tidak salah jika masyarakat menjadikan buku ini sebagai referensi yang sangat berguna untuk membimbing langkah sebelum memulai usaha berkebun pepaya california.

Menjalani agribisnis dan selanjutnya tinggal menunggu tibanya waktu untuk memetik laba keuntungan dari panen buah pepaya, merupakan salah satu langkah cerdas untuk mendapatkan rupiah. Namun, tentu saja dalam proses budi daya, perlu diterapkan teknologi yang baik dan benar, agar tercapai hasil panen maksimal.

"Diperlukan standar operasional produksi (SOP) sebagai acuan dalam pelaksanaan berkebun. Standar tersebut memuat alur proses budi daya sejak dari penyiapan lahan, benih, penanaman, penyiangan, pengairan, pengendalian hama atau penyakit (on farm) sampai penanganan panen dan pascapanen (off farm).

Target yang akan dicapai adalah terwujudnya produksi optimal, mutu produksi yang sesuai dengan standar yang diharapkan," demikian prakata yang disampaikan Amir Hamzah, sebagai pesan kepada pekebun, supaya kelangsungan agribisnis bisa memberikan hasil optimal.

*) Penulis buku dan artikel