Manajer Program Pengelolaan Perhutanan Lestari YKAN, Delon Martinus mengatakan kualitas pengelolaan hutan memiliki peran yang sangat penting dalam memenuhi komitmen pengurangan emisi karbon di Indonesia, terutama pada hutan alam produksi.
"Kalau pengelolaan kurang baik, dampaknya sangat besar," ujarnya dalam diskusi mengenai pentingnya praktik hutan lestari di Jakarta, Kamis.
Delon menuturkan bahwa Indonesia memiliki 120 juta hektare kawasan hutan dengan komposisi 57 persen hutan produksi, 25 persen hutan lindung, dan 18 persen hutan konservasi.
Menurutnya, kontribusi hutan alam produksi adalah mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) dan FOLU Net Sink 2030, meningkatkan ekonomi masyarakat, dan melestarikan keanekaragaman hayati.
YKAN memiliki empat strategi dalam mendorong praktik pengelolaan hutan secara lestari, yakni konservasi hutan oleh masyarakat, pengelolaan hutan lestari, perkebunan kelapa sawit berkelanjutan, dan kerangka mitigasi perubahan iklim.
Melalui pendekatan Aksi Inspirasi Warga untuk Perubahan atau SIGAP, YKAN mendorong peningkatan kapasitas lembaga masyarakat, kebijakan terkait perhutanan sosial, dan mendukung perekonomian masyarakat yang berkelanjutan.
Hingga 2022, kawasan hutan seluas 224 ribu hektare telah mendapatkan izin definitif perhutanan sosial melalui hasil kemitraan dengan Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan Sosial Kalimantan Timur.
YKAN menerapkan metodologi pembalakan rendah dampak karbon atau reduced impact logging-carbon (RIL-C) untuk memperkuat pengelolaan hutan alam produksi.
Delon mengungkapkan praktik pemanenan kayu yang tidak terencana dengan baik, seperti pembalakan menggunakan buldoser tanpa menyiapkan jalur pemanenan bisa merusak pepohonan yang berada di sekitar pohon yang ditebang.
"Dengan RIL-C, kami mengonsep sebuah pengelolaan yang harus proper dari awal perencanaan. Kami kirim orang ke sana mengidentifikasi posisi pohonnya di mana saja, ukurannya berapa, setelah itu baru kami desain untuk jalan buldoser," katanya.
Praktik perkebunan kelapa sawit telah diperkenalkan oleh YKAN kepada Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur. Pendekatan itu termasuk pengembangan dan pengujian piranti identifikasi dan pengelolaan area bernilai konservasi tinggi yang harus dilindungi, serta pelibatan pemangku kepentingan untuk memenuhi kebutuhan global terhadap minyak sawit dengan tetap melestarikan hutan.
YKAN bersama Forum Komunikasi Perkebunan Berkelanjutan mendukung pemerintah provinsi dan kabupaten dalam mendorong terbitnya regulasi yang berkontribusi terhadap pencapaian Forest Carbon Partnership Facility.
Sementara itu, strategi mitigasi perubahan iklim dilakukan dengan membangun ruang kerja sama multipihak, menciptakan kondisi pemungkin dan memobilisasi sumber daya berupa kapasitas teknis, dasar ilmiah, dukungan pendanaan, serta mengidentifikasi kesenjangan kebijakan terkait skala yurisdiksi dan membangun prototipe kesepakatan pembangunan pada tingkat bentang alam.
Baca juga: KLHK beri kepercayaan masyarakat akses hutan
Baca juga: KLHK sebut realisasi perhutanan sosial 5,31 juta hektare
"Inisiatif-inisiatif yang kami lakukan ini selaras dalam mendukung target NDC dan FOLU Net Sink," kata Delon.
"Kalau pengelolaan kurang baik, dampaknya sangat besar," ujarnya dalam diskusi mengenai pentingnya praktik hutan lestari di Jakarta, Kamis.
Delon menuturkan bahwa Indonesia memiliki 120 juta hektare kawasan hutan dengan komposisi 57 persen hutan produksi, 25 persen hutan lindung, dan 18 persen hutan konservasi.
Menurutnya, kontribusi hutan alam produksi adalah mencapai target Nationally Determined Contribution (NDC) dan FOLU Net Sink 2030, meningkatkan ekonomi masyarakat, dan melestarikan keanekaragaman hayati.
YKAN memiliki empat strategi dalam mendorong praktik pengelolaan hutan secara lestari, yakni konservasi hutan oleh masyarakat, pengelolaan hutan lestari, perkebunan kelapa sawit berkelanjutan, dan kerangka mitigasi perubahan iklim.
Melalui pendekatan Aksi Inspirasi Warga untuk Perubahan atau SIGAP, YKAN mendorong peningkatan kapasitas lembaga masyarakat, kebijakan terkait perhutanan sosial, dan mendukung perekonomian masyarakat yang berkelanjutan.
Hingga 2022, kawasan hutan seluas 224 ribu hektare telah mendapatkan izin definitif perhutanan sosial melalui hasil kemitraan dengan Kelompok Kerja Percepatan Perhutanan Sosial Kalimantan Timur.
YKAN menerapkan metodologi pembalakan rendah dampak karbon atau reduced impact logging-carbon (RIL-C) untuk memperkuat pengelolaan hutan alam produksi.
Delon mengungkapkan praktik pemanenan kayu yang tidak terencana dengan baik, seperti pembalakan menggunakan buldoser tanpa menyiapkan jalur pemanenan bisa merusak pepohonan yang berada di sekitar pohon yang ditebang.
"Dengan RIL-C, kami mengonsep sebuah pengelolaan yang harus proper dari awal perencanaan. Kami kirim orang ke sana mengidentifikasi posisi pohonnya di mana saja, ukurannya berapa, setelah itu baru kami desain untuk jalan buldoser," katanya.
Praktik perkebunan kelapa sawit telah diperkenalkan oleh YKAN kepada Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Timur. Pendekatan itu termasuk pengembangan dan pengujian piranti identifikasi dan pengelolaan area bernilai konservasi tinggi yang harus dilindungi, serta pelibatan pemangku kepentingan untuk memenuhi kebutuhan global terhadap minyak sawit dengan tetap melestarikan hutan.
YKAN bersama Forum Komunikasi Perkebunan Berkelanjutan mendukung pemerintah provinsi dan kabupaten dalam mendorong terbitnya regulasi yang berkontribusi terhadap pencapaian Forest Carbon Partnership Facility.
Sementara itu, strategi mitigasi perubahan iklim dilakukan dengan membangun ruang kerja sama multipihak, menciptakan kondisi pemungkin dan memobilisasi sumber daya berupa kapasitas teknis, dasar ilmiah, dukungan pendanaan, serta mengidentifikasi kesenjangan kebijakan terkait skala yurisdiksi dan membangun prototipe kesepakatan pembangunan pada tingkat bentang alam.
Baca juga: KLHK beri kepercayaan masyarakat akses hutan
Baca juga: KLHK sebut realisasi perhutanan sosial 5,31 juta hektare
"Inisiatif-inisiatif yang kami lakukan ini selaras dalam mendukung target NDC dan FOLU Net Sink," kata Delon.