Mataram Dapat Bantuan Pembangunan Alat Pemecah Gelombang

id pemecah gelombang

"Apalagi saat ini akan dibangun pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), sehingga harus segera diantisipasi agar tidak terjadi luapan air dari hulu"
Mataram,  (Antara NTB)- Pemerintah Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, mendapatkan bantuan pembangunan alat pemecah gelombang atau "jetty" di muara Kali Acar dengan nilai sekitar Rp10 miliar dari Balai Wilayah Sungai (BWS).

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Mataram H Mahmuddin Tura di Mataram, Kamis, mengatakan keberadaan "jetty" di Kali Ancar sangat mendesak untuk mengantisipasi agar pasir tidak menutup muara yang bisa menjadi penyebab luapan air ke rumah penduduk.

"Apalagi saat ini akan dibangun pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), sehingga harus segera diantisipasi agar tidak terjadi luapan air dari hulu," katanya.

Ia mengatakan, pembuatan "jetty" di muara Kali Ancar akan dilaksankana tahun 2015. Saat ini DED (detailed engineering design) sedang dikerjakan oleh tim dari BWS.

Menurut dia, jika "jetty" pada muara Kali Ancar tahun ini terbangun, maka Kota Mataram akan memiliki empat unit alat pemecah gelombang dengan panjang sekitar 75 meter hingga 100 meter yang menjorok ke arah pantai.

Empat muara kali yang sudah memiliki "jetty" tersebut adalah, muara Kali Jangkuk, muara Kali Gedur, dan muara Kali Tanjung Karang, menyusul muara Kali Ancar.

Dengan demikian, masih terdapat tiga muara sungai lagi membutuhkan "jetty" yakni muara Sungai Meninting, Sungai Mapak dan muara sungai bagian selatan Kota Mataram.

Mahmuddin berharap, setelah "jetty" pada muara Kali Ancar terbangun, diharapkan pemerintah dapat memberikan bantuan lagi untuk pembangunan "jetty" di muara Kali Ancar.

"Keberadaaan `jetty` untuk muara Kali Ancar ini juga sangat mendesak, karena luapan air yang terjadi di wilayah Kopajali disebabkan muara sungai tertutup pasir," ujarnya.

Dia mengatakan, selama ini upaya antisipasi terjadinya luapan air di muara sungai belum bisa maksimal. Hal itu dikarenakan gelombang laut terjadi secara alami, sehingga gelombang selalu keluar masuk ke muara membawa pasir.

"Tentu jika jika melakukan upaya menghadang pasir masuk ke muara sangat berat. Tapi kalau untuk normalisasi kali tetap kita lakukan secara berkala," katanya. (*)