Berdayakan barista disabilitas dalam inovasi "Baris Ditebas"

id kemensos, baris ditebas, barista penyandang disabilitas

Berdayakan barista disabilitas dalam inovasi "Baris Ditebas"

Sri Ayu Astuti, penyandang disabilitas sensorik low vision sebagai barista yang mengikuti program inovasi Kementerian Sosial “Baris Ditebas”: Barista Disabilitas Terobos Stigma Keterbatasan di Café More Sentra Wyata Guna Bandung, Kamis (29/6/2023). (Antara/HO-Kemensos)

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Sosial (Kemensos) memberdayakan barista dari beragam penyandang disabilitas melalui inovasi “Baris Ditebas” atau Barista Disabilitas Terobos Stigma Keterbatasan.

Kepala Sentra Wyata Guna Bandung Iri Sapria dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis, mengatakan inovasi ini sudah menjangkau 22 orang disabilitas sensorik netra low vision yang menyajikan kopi di Café More di Bandung.

“Tiga angkatan yang sudah dilatih sejak tahun 2019. Tiga orang yang menjadi barista atau pramu kopi di Café More,” kata Iri.

Pelatihan barista yang diinisiasi sejak tahun 2019 memiliki berbagai kebaruan yaitu kurikulum yang komprehensif, pembelajaran di kelas dan praktek kerja ke lapangan, dan dilatih oleh instruktur yang berpengalaman.


Pelatihan barista menjanjikan harapan baru bahwa penyandang disabilitas sensorik low vision bisa menjajal profesi yang lebih luas. Secara konvensional, penyandang disabilitas sensorik banyak diberikan pelatihan pijat mengingat mereka memiliki ketajaman indra peraba. Namun streotip itu hendak diubah oleh Kemensos.

Kafe di kompleks Sentra Wyata Guna Bandung, itu diawaki oleh barista yang juga penyandang disabilitas sensorik netra "low vision" yang sudah mendapatkan pelatihan. Sebanyak lebih dari 1 juta jiwa penyandang disabilitas terdaftar dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Di dalamnya termasuk 340.483 penyandang disabilitas sensorik atau tuna netra.

“Pelanggan penikmat kopi di Café More adalah komunitas dan para ibu-ibu yang mengantar anaknya ke sekolah. Pada tahun 2023, Café More berhasil mencetak omset hingga Rp62 juta. Laba ini sepenuhnya diberikan kepada para barista,” ujar Iri.

Salah satu penyandang disabilitas sensorik low vision yang sukses adalah Sri Ayu Astuti. Wanita yang akrab disapa Cici ini awalnya bekerja sebagai pemijat dengan penghasilan Rp300 ribu per pekan.

Baca juga: Penyandang disabilitas dapat bantuan kursi roda dari Pemkab Aceh Besar
Baca juga: Polda NTB bantu kursi roda penyandang disabilitas di Lotim


Kemudian ia mengikuti pelatihan barista angkatan ke tiga di Sentra Wyata Guna Bandung dan mengelola Cafe More bersama dengan dua orang Barista lainnya. "Saat ini, penghasilan dari barista mencapai Rp500 ribu hingga Rp700 ribu per pekan," kata Cici.*