Akademisi Papua Barat sarankan susun peta jalan ekowisata

id ekowisata,wisata alam,potensi ekowisata,papua barat,pariwisata papua barat,universitas papua,unipa

Akademisi Papua Barat sarankan susun peta jalan ekowisata

Sekretaris Program Studi Budidaya Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Papua Descarlo Worabai di Manokwari, Papua Barat, Senin (24/7/2023). (ANTARA/Fransiskus Salu Weking)

Manokwari (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Papua (Unipa) Descarlo Worabai menyarankan pemerintah daerah mempercepat penyusunan peta jalan guna mengoptimalkan pemanfaatan potensi pariwisata berbasis sumber daya alam di Provinsi Papua Barat.

"Dari road map (peta jalan) itu harus ada langkah konkret yang bisa ditindaklanjuti," kata dia di Manokwari, Senin (24/7).

Ia menjelaskan rumusan peta jalan mencantumkan strategi pengembangan ekowisata jangka pendek, menengah, dan panjang di Papua Barat. Selain itu, pemerintah daerah, baik provinsi maupun kabupaten, harus menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang memahami konsep ekowisata secara baik. "Saya lihat peran pemda belum maksimal, padahal ada banyak potensi ekowisata," ucap Descarlo Worabai yang juga dosen Fakultas Kehutanan Unipa itu.

Pengembangan ekowisata, kata dia, berdampak positif terhadap perekonomian daerah, kesejahteraan masyarakat, serta kelestarian alam dan lingkungan hingga masa mendatang. Menurut dia, dengan adanya peta jalan pembangunan ekowisata, pemerintah daerah mudah mendapatkan bantuan fiskal dari pemerintah pusat melalui kementerian terkait. "Pemerintah pusat biasanya menyetujui usulan jika ada konsep yang terstruktur, hanya saja daerah yang lambat merespons," kata dia.

Ia mengatakan Papua Barat memiliki banyak potensi ekowisata, seperti wisata alam Gunung Meja di Kabupaten Manokwari dan Danau Anggi di Pegunungan Arfak. Pemanfaatan potensi wisata, katanya, harus dioptimalkan agar dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Papua Barat yang selama ini bergantung terhadap sektor minyak dan gas.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), lapangan usaha yang memiliki kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB Papua Barat, yaitu industri pengolahan 29,56 persen, pertambangan dan penggalian 18,98 persen, dan konstruksi 11,71 persen. "Bicara ekowisata bisa berdampak ke wisata bahari, wisata religi, dan sosial budaya karena ekowisata tidak hanya jual alam," ujar dia.

Kepala Bank Indonesia (BI) Papua Barat Rommy Sariu Tamawiwy mengatakan BI sebagai mitra strategis pemerintah daerah senantiasa memberikan dukungan terhadap rencana pembangunan kawasan pariwisata. Pengembangan pariwisata harus menerapkan konsep atraksi, amenitas, dan aksesibilitas (3A) dalam perencanaan yang berkelanjutan. "Bank Indonesia akan hadir mendukung segala kebutuhan dari kelompok sadar wisata," ucap dia.

Baca juga: Akademisi menyarankan harta karun Lombok disimpan di Museum Jakarta
Baca juga: Tokoh dan akademisi: Penjabat Gubernur NTB ideal dari pejabat eselon I di daerah


Sebelumnya, Sekretaris Daerah Papua Barat Dance Sangkek menjelaskan pemerintah provinsi sementara ini sedang merevisi rencana induk pembangunan sektor pariwisata terintegrasi di seluruh wilayah tersebut.

Revisi rencana induk berkaitan dengan masuknya destinasi wisata internasional Raja Ampat ke Provinsi Papua Barat Daya yang dimekarkan dari Papua Barat. "Kita akan tetapkan kawasan wisata andalan seperti Teluk Triton, Teluk Cenderawasih, Teluk Doreri, dan wisata alam lainnya," ucap dia.