Peran Strategis Perguruan Tinggi mendorong Inklusi Keuangan untuk Pemberdayaan Ekonomi

id Ekonomi di perguruan tinggi,Ekonomi,Perguruan Tinggi,Luthfi Rantaprasaja

Peran Strategis Perguruan Tinggi mendorong Inklusi Keuangan untuk Pemberdayaan Ekonomi

Luthfi Rantaprasaja, Dosen & aktivis sosial lingkungan, Anggota Majelis Pertimbangan IKA Antropologi Unpad.

Dengan landasan utama Tridharma Perguruan Tinggi, sumber daya kampus dapat secara bersama menciptakan lingkungan
Mataram (ANTARA) - Berdasarkan data Trading Economics, laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada paruh pertama tahun 2023 merupakan yang tertinggi ketiga di antara negara-negara  G20. 

Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,17 persen pada periode tersebut. Laju pertumbuhan kumulatif tersebut bahkan lebih tinggi dibandingkan negara-negara OECD, termasuk laju pertumbuhan PDB Indonesia. 

Oleh karena itu, menurut proyeksi Standard Chartered, PDB Indonesia diperkirakan akan mencapai $10,1 triliun pada tahun 2030, menjadikannya negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia. Pemeringkatan tersebut dihitung berdasarkan nominal produk domestik bruto PDB berdasarkan paritas daya beli  PPP.

Pertumbuhan ekonomi ini hanya sebagian dari cerita tentang ekonomi suatu negara. Berbicara mengenai perekonomian Indonesia misalnya, tidak lengkap rasanya jika tidak menyinggung aspek pemerataan ekonomi. 

Keadilan sosial dalam konteks ekonomi tercermin dalam data kesetaraan. Kesetaraan ekonomi, yang diukur dengan indikator seperti rasio Gini yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik, mencerminkan komitmen Indonesia terhadap keadilan sosial. 

Koefisien Gini (Gini Ratio) merupakan ukuran ketimpangan atau ketimpangan total (total), dan angkanya berkisar antara 0 (kesetaraan sempurna) hingga 1 (ketimpangan  sempurna). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat  rasio Gini Indonesia pada Maret 2023 sebesar 0,388. 

Nilai tersebut meningkat dari 0,381 pada paruh kedua tahun 2022 yakni September menjadi 0,384 pada paruh pertama tahun 2023.
 
Rasio Gini di perkotaan sebesar 0,409 pada Maret 2023. Rasio Gini pada bulan September 2022 sebesar 0,402, dan rasio Gini pada bulan Maret 2022 sebesar 0,403 mengalami peningkatan. Rasio Gini perdesaan sebesar 0,313 pada Maret 2023. 

Dibandingkan dengan rasio Gini pada bulan September 2022, tidak terdapat perubahan, namun mengalami penurunan dibandingkan dengan rasio Gini pada bulan Maret 2022  sebesar 0,314. Hal ini menunjukkan bahwa ketimpangan secara umum lebih tinggi di perkotaan dibandingkan di perdesaan.
 
Di pedesaan, rasio Gini cenderung menurun, namun di perkotaan justru rasio Gini meningkat Selain rasio Gini yang menggambarkan status perekonomian dan kesejahteraan suatu negara, ada parameter lain yang umum digunakan: Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI). 

HDI mengukur tingkat pembangunan manusia berdasarkan pendapatan, harapan hidup, dan akses terhadap pendidikan. Negara dengan HDI tinggi mempunyai kesejahteraan dan pembangunan manusia yang baik. 

Menggabungkan informasi dari rasio Gini  dan HDI memberikan pemahaman yang lebih komprehensif mengenai distribusi pendapatan dan tingkat kesejahteraan suatu negara.

Implikasi dari timpangnya distribusi pendapatan  dan rendahnya tingkat kesejahteraan menuntut adanya upaya konkret dalam pemberdayaan. Pemberdayaan merupakan sebuah konsep pembangunan ekonomi yang mempertimbangkan nilai-nilai sosial.