Menkes Budi Gunadi soroti penggunaan alat antropometri belum maksimal

id Fasyankes,Kemenkes,Menkes,Stunting

Menkes Budi Gunadi soroti penggunaan alat antropometri belum maksimal

Ilustrasi penggunaan alat antropometri pada bayi. ANTARA/HO-Kemenkes

Jakarta (ANTARA) - Menteri Kesehatan (Menkes) RI Budi Gunadi Sadikin menyoroti penggunaan alat antropometri atau alat ukur tubuh yang belum dapat dimaksimalkan dengan baik oleh puskesmas.

"Sebaiknya alat-alat kesehatan yang sudah diberikan, segera dimanfaatkan. Jangan hanya disimpan, karena masyarakat perlu alat-alat itu," kata Menkes Budi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu.

Menkes mendapatkan sejumlah Puskesmas masih menggunakan alat antropometri tidak terstandar saat menyambangi sejumlah Puskesmas dalam lawatannya ke Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, pada Sabtu (6/1).
 
Menkes menuturkan sejumlah Puskesmas masih menggunakan alat antropometri versi lama atau manual. Penggunaan alat ini dikhawatirkan tidak menunjukkan tinggi maupun berat badan yang sesungguhnya.
 
Oleh karena itu, ia meminta kepada Puskesmas di Kabupaten Tojo Una-Una agar tidak menyimpan perlengkapan antropometri yang telah diberikan pemerintah.
 
Ia menegaskan perlengkapan antropometri itu harus digunakan seoptimal mungkin untuk kegiatan deteksi dini potensi stunting pada anak.
 
Selain alat antropometri, Menkes juga meminta agar penggunaan dan pengelolaan peralatan ultrasonografi atau USG ditingkatkan. Sebab, alat yang digunakan untuk mengetahui perkembangan janin dalam kandungan itu tidak dapat beroperasi dengan baik di beberapa Puskesmas yang dikunjungi, lantaran kertas USG atau thermal paper tidak tersedia dan printer rusak.
 
"Saya minta kepada Dinas Kesehatan untuk segera dipenuhi dan diperbaiki, sehingga fungsinya bisa optimal lagi," ujarnya.
 
Selain peralatan pencegahan stunting, Menkes turut meminta puskesmas-puskesmas supaya memacu penggunaan alat hematoanalyzer secara efektif sebagai alat untuk membantu mendeteksi penyakit seperti kanker, talasemia, hepatitis, tuberkulosis (TBC), diabetes, dan berbagai penyakit lainnya secara otomatis.

Baca juga: Kemenkes menemukan tiga kasus lumpuh layu akut akibat virus Polio
Baca juga: Kemenkeu mencatat belanja pegawai 2023 mencapai Rp260,9 triliun
 
Apabila alat skrining kesehatan tersebut dioptimalkan, dirinya optimistis berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit diabetes yang paling banyak diderita masyarakat di Kabupaten Tojo Una-Una, dapat dideteksi, dikontrol, dan diobati sejak dini di puskesmas, sehingga persentase kesembuhannya kian besar.
 
"Kalau pemeriksaan hematoanalyzer ini jalan, pemeriksaan darahnya jalan, maka rumah sakit tidak akan penuh," tutur Menkes Budi Gunadi Sadikin.