Pegadaian sediakan Rp2 triliun bantu mitigasi

id pembiayaan UMKM,Pembiayaan Sosial Berkelanjutan,mitigasi perubahan iklim

Pegadaian sediakan Rp2 triliun bantu mitigasi

Perajin menyelesaikan pembuatan sangkar burung Murai di Mojolaban, Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (10/5/2024). Holding Ultra Mikro (UMi) yang terdiri PT Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) akan menyalurkan kredit senilai Rp622,6 triliun kepada pelaku usaha mikro dan ultra mikro per kuartal I pada tahun 2024 yang setara dengan 47,6 persen dari total pembiayaan BRI dengan jumlah nasabah mencapai 36,8 juta. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/aww.

Jakarta (ANTARA) - Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis PT Pegadaian Ferdian Timur Satyagraha mengatakan bahwa pihaknya berupaya membantu UMKM memitigasi dampak perubahan iklim dengan menyediakan Pembiayaan Sosial Berkelanjutan (Sustainable Social Loan) sebesar Rp2 triliun pada 2024.

“Untuk masyarakat yang terdampak (perubahan) iklim, terutama UMKM di kalangan bawah, itu kami beri support lewat pinjaman-pinjaman, terutama gadai, karena secara prosedur, mekanisme itu lebih mudah,” kata Ferdian Timur Satyagraha di Jakarta, Rabu.

Menurutnya, seringkali isu perubahan iklim diasumsikan hanya terkait sektor pertambangan dan perminyakan, padahal terdapat korelasi antara isu tersebut dengan industri keuangan dan kegiatan ekonomi masyarakat, misalnya di sektor pertanian.

Ia menyampaikan bahwa perubahan iklim dapat mengakibatkan berkurangnya kapasitas aset produktif pertanian maupun kualitas produksi para pelaku UMKM di bidang tersebut.

“Pegadaian terus memberikan support, yang pasti kami punya social loan, kami punya bantuan sosial, dan kami membiayai (para pelaku UMKM tersebut) sebagai bagian dari holding ultramikro, kita membiayai terkait dengan pinjaman ultramikro yang di bawah Rp10 juta,” ujar Ferdian.

Ia menuturkan bahwa mayoritas dari total nasabah Pegadaian yang mencapai lebih dari 24 juta customer mengajukan pinjaman di bawah Rp10 juta dengan rata-rata pembiayaan per nasabah sebesar Rp6 juga hingga Rp7 juta.

Baca juga: Indonesia antisipasi kehadiran aplikasi China "Temu" lewat Permendag
Baca juga: Pemerintah fokus perbaiki vokasi perkembangan teknologi

Meskipun begitu, ia mengatakan bahwa dampak perubahan iklim tidak serta merta membuat tingkat Non-Performing Loan (NPL) atau kredit macet nasabah menjadi tinggi.

“Korelasi (dampak perubahan iklim) terkait dengan NPL ada, tapi untuk yang industri gadai akan lebih rendah dibandingkan posisi (NPL) yang non-gadai atau industri perbankan,” ucap Ferdian.