Tiang Listrik Dijadikan Tempat Penempelan Stiker Lambang Komunis

id Palu Arit

Tiang Listrik Dijadikan Tempat Penempelan Stiker Lambang Komunis

Inilah tiang listrik yang menjadi tempat menempel gambar palu arit logo Partai Komunis Indonesia (PKI) yang dilarang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia. (ANTARA NTB/ist)

"Penyelidikan sudah dilakukan terhadap temuan lambang komunis palu arit di tiang listrik depan Kantor Lurah Mataram Barat"
Mataram (Antara NTB)- Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Kota Mataram Rudy Suryawan, mengatakan temuan stiker lambang komunis bergambar palu arit yang ditempel di tiang listrik Jalan Catur Warga No 26 Mataram, sudah ditangani aparat kepolisian untuk ditindaklanjuti.

"Aparat kepolisian saat ini sedang melakukan pengembangan penyelidikan terhadap temuan lambang komunis palu arit di tiang listrik depan Kantor Lurah Mataram Barat," katanya di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (2/12).

Temuan stiker lambang komunis bergambar palu arit yang bertuliskan "kami diam bukan kami tak mampu namun kami akan bangkit kembali" tersebut ditemukan oleh seorang pedagang kopi di kawasan itu bernama Sapii, dan melaporkannya ke aparat Babinamtimas setempat kemduian langsung ditertibakan aparat terkait lainnya pada Jumat (1/12).

Rudy mengatakan, dengan adanya temuan lambang komunis itu, pihaknya belum dapat menyimpulkan apa yang menjadi modus dari para pelaku.

"Karena itu, kami terus melakukan koordinasi dengan aparat kepolisian untuk mengetahui keberadaan kelompok-kelompok tersebut dan modus dari tindakan mereka," katanya.

Sementara sebagai langkah antisipasi maraknya peredaran lambang komunis palu arit, Bakesbangpol Mataram terus memperkuat komunikasi dengan Komunitas Intelijen Daerah .

"Akhir-akhir ini peredaran lambang palu arit marak ditemukan, termasuk di Kota Mataram saat kegiatan Imlek bersama pekan lalu di kawasan Cakranegara bulan Februari 2017," katanya.

Rudy mengatakan, penemuan di kawasan Cakranegara itu adalah warga yang menggunakan baju berlambang palu arit itu tidak sempat menyebar karena aparat segera mengamankan warga tersebut.

Setelah ditelusuri, ternyata warga yang menggunakan baju berlambang palu arit itu kurang waras dan mendapatkan baju tersebut dari "laundry" yang tidak pernah diambil oleh pemiliknya.

"Kesigapan aparat ini berkat komunikasi yang kuat dalam Komunitas Intelijen Daerah (Kominda)," katanya.

Untuk menghindari hal serupa, pihaknya terus melakukan komunikasi yang kuat dengan jajaran Kominda, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (FKPD), serta 500 orang anggota Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) yang tersebar pada 50 kelurahan di kota ini.

Rudy mengakui, ideologi komunis ini sudah seperti keyakinan, sehingga peran dari FKDM yang berada pada jajaran paling bawah sangat penting dalam melakukan antisipasi, pencegahan serta pemberian informasi dini.

"Dengan demikian, berbagai masalah yang dikhawatirkan bisa menyebar luas ke arah konflik dapat dicegah sedini mungkin," katanya.

Di samping itu, pihaknya juga berencana akan melakukan sosialisasi kepada tokoh agama, tokoh masyarakat dan pemuda, terkait dengan lambang palu arit dan ideologi komunis.

Pasalnya, dari beberapa kasus yang terjadi di berbagai daerah termasuk di Kota Mataram, rata-rata mengaku mereka tidak tahu menahu dengan lambang tersebut.

"Harapan kami, setelah sosialisasi masyarakat bisa paham dan menyampikan kepada masyarakat secara luas dan melapor apabila ada indikasi ke arah itu," katanya. (*)