Mataram (ANTARA) - Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menyiagakan 300 orang petugas di sejumlah titik rawan luapan air sungai sebagai upaya antisipasi potensi banjir.
"Banjir yang terjadi Rabu malam (3/7-2024) akibat luapan air sungai menjadi pelajaran dan evaluasi kita terhadap titik-titik rawan," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram Lale Widiahning di Mataram, Senin.
Karena itu, lanjutnya, sebanyak 300 orang petugas pasukan biru Dinas PUPR Kota Mataram hingga saat ini terus bergerak melakukan penyisiran terhadap potensi sumbatan-sumbatan di aliran sungai.
Baca juga: Petugas bersihkan sampah lumpur sisa banjir di Mataram
Terutama Sungai Breyok dan Unus yang meluap pekan lalu dan memicu banjir pada sejumlah kelurahan di tiga kecamatan bagian selatan Kota Mataram.
Ratusan petugas itu, katanya, dibagi dalam beberapa tim dari hulu hingga hilir antara lain tim yang memantau pintu air. Artinya, ketika terjadi peningkatan debit air maksimal 70 centimeter maka tim di hilir harus bersiap.
Selain itu, ada juga tim yang melakukan pembersihan sampah pada titik-titik tertentu, termasuk untuk pengangkat sedimentasi.
"Karena meskipun tidak hujan di Mataram, tapi ketika terjadi hujan di hulu maka Mataram yang berada di wilayah hilir tetap menerima air kiriman," katanya.
Baca juga: Sebanyak 50 warga terdampak banjir Mataram sudah kembali ke rumah
Terkait dengan itu, sambung Lale, Kota Mataram harus lebih siap dalam menghadapi perubahan cuaca saat ini, karena potensi limpahan air hujan termasuk sampah ke aliran sungai dan drainase Kota Mataram cukup tinggi.
Hal itu dapat dilihat, ketika sehari setelah banjir Rabu pekan lalu, tim dari PUPR sudah melakukan pengangkutan sampah saluran mencapai 7 ton pada Kamis (4/7-2024), tapi besok paginya kembali ada sampah dua kali lipat.
"Padahal di Mataram tidak ada hujan, tapi mungkin terjadi hujan di hulu sehingga pada hari berikutnya jumlah sampah yang kita angkut mencapai 14 ton lebih," katanya.
Sampah di sungai dan saluran ini, katanya, memicu menghambat aliran air sehingga menyebabkan terjadinya luapan air ke jalan dan permukiman penduduk.
"Karena itu, kami berharap kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah ke sungai atau saluran," katanya.
Baca juga: Dinas PUPR angkut enam ton sampah sisa banjir di Mataram
Baca juga: Wali Kota minta tim kesehatan siaga di lokasi banjir Mataram