SMS masih andalkan bahan impor produksi gula

id SMS Impor Gula

SMS masih andalkan bahan impor produksi gula

Dokumen - Pekerja mengangkut karung gula di Jakarta. (FOTO ANTARA/Rosa Panggabean)

Impor gula mentah menjadi komoditas penyumbang terbesar nilai impor barang yang masuk ke NTB pada Maret 2018, yakni mencapai 59,69 persen
Mataram (Antaranews NTB) - Perseroan Terbatas Sukses Mantap Sejahtera yang memproduksi gula pasir di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, masih mengandalkan bahan baku gula mentah yang diimpor dari Thailand.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) NTB Hj Endang Tri Wahyuningsih di Mataram, Senin menyebutkan PT Sukses Mantap Sejahtera (SMS) mulai mengimpor gula mentah dari Thailand senilai 8,2 juta Dolar Amerika Serikat pada Maret 2018.

"Impor gula mentah menjadi komoditas penyumbang terbesar nilai impor barang yang masuk ke NTB pada Maret 2018, yakni mencapai 59,69 persen," katanya.

Menurut dia, adanya impor gula mentah yang masuk ke NTB, sebagai bagian dari kebijakan pemerintah yang membuka kran impor komoditas tersebut pada 2018, untuk memenuhi kebutuhan nasional.

Adanya impor gula mentah tersebut, lanjut Endang, menyebabkan nilai impor NTB pada Maret 2018 mengalami kenaikan sebesar 13,8 persen, dibandingkan bulan sebelumnya yang naik hanya 6,4 persen. Sedangkan nilai impor pada Maret 2017 hanya 8,3 persen.

"Kami belum tahu berapa kuota impor gula mentah yang diberikan oleh pemerintah kepada PT SMS. Nanti dilihat pada bulan berikutanya, apakah akan ada impor lagi atau tidak," ujar Endang.

Sementara itu Kepala Seksi Ekspor Luar Negeri, Bidang Perdagangan Luar Negeri, Dinas Perdagangan NTB, Rahmat Wira Putra, mengatakan rekomendasi izin impor gula mentah kepada PT SMS diberikan oleh Kementerian Perdagangan.

Namun, pihaknya tidak mengetahui berapa jumlah kuota impor yang diberikan. Begitu juga dengan waktu masuknya barang impor tersebut ke NTB.

"Kami tidak mengetahui berapa kuota impor yang diberikan oleh Kementerian Perdagangan karena perusahaan itu langsung berkoordinasi dengan pusat. Tidak melalui daerah," katanya.

Dari informasi yang diperoleh, kata dia, PT SMS masih mengandalkan gula mentah impor untuk memproduksi gula pasir karena ketersediaan bahan baku tebu masih sangat kurang. Perusahaan itu membutuhkan sebanyak 5.000 ton tebu segar setiap hari.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Husnul Fauzi, mencurigai jika kondisi seperti itu terus terjadi, bisa dijadikan alasan oleh PT SMS untuk mengolah gula rafinasi yang didatangkan dari luar negeri, seperti yang dilakukan saat ini.

PT SMS masih mendatangkan sebagian bahan baku dalam bentuk kembang gula dengan alasan belum terpenuhinya produksi tebu yang ditanam petani untuk digiling menjadi gula pasir.

"Jangan sampai itu menjadi modus untuk mengolah gula rafinasi agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan bermitra dengan petani untuk pengadaan bahan baku," kata Husnul beberapa waktu lalu. (*)