Ketua DPR membangun hubungan parlemen Indonesia-Afrika lebih inklusif

id IAPF,Parlemen Indonesia Afrika

Ketua DPR membangun hubungan parlemen Indonesia-Afrika lebih inklusif

Ketua DPR RI Puan Maharani menyambut delegasi Forum Parlemen Indonesia-Afrika (IAPF) di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (31/8/2024). ANTARA/HO-DPR

Badung, Bali (ANTARA) - Ketua DPR RI Puan Maharani menggarisbawahi pentingya membangun hubungan yang lebih inklusif antara parlemen Indonesia dan negara-negara Afrika melalui penyelenggaraan Forum Parlemen Indonesia-Afrika (IAPF) di Bali.

"Kita harus membangun hubungan yang saling menguntungkan, saling menghormati, saling menghargai keberagaman, dan berdasar kesetaraan," katanya pada acara jamuan makan malam menyambut delegasi IAPF di Badung, Bali, Sabtu.

Puan mengatakan kesetaraan yang dimaksud adalah tidak ada satu pihak yang ingin mendominasi hubungan ini. Dengan begitu, semua pihak sama-sama berkontribusi dan saling menguntungkan. Dia lebih lanjut mengatakan IAPF ini akan menjadi lembaran baru hubungan Indonesia dan Afrika, serta dapat mempererat persahabatan yang lebih dalam antara kedua belah pihak.

"Dengan jamuan makan malam ini, saya berharap menjadi babak baru atau pembuka lembaran baru hubungan kerja sama Indonesia dengan negara-negara Afrika," ujar Puan.

Jamuan makan malam yang dihadiri seluruh delegasi negara-negara Afrika itu merupakan rangkaian acara IAPF yang diselenggarakan di Bali dari 31 Agustus hingga 2 September 2024.

Melalui IAPF yang mengangkat tema "Memperkuat Kemitraan Parlemen Indonesia-Afrika untuk Pembangunan" itu, DPR ingin fokus membangun kemitraan antarparlemen, kata Puan.

"Kami merasa senang dapat berkumpul di Bali, sebuah pulau yang terkenal dengan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia di mata internasional," kata Puan.

Baca juga: 22 nations to attend first Indonesia-Africa Parliamentary Forum
Baca juga: Ketua MPR mendukung wacana Kementerian Perumahan Rakyat jadi tersendiri


Menurut Puan, hubungan Indonesia dengan negara-negara Afrika memiliki sejarah yang panjang dan dipupuk sejak Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung pada 1955.  Namun, relasi keduanya itu tidak terbatas hanya pada hubungan historis namun juga bagaimana keduanya mengeksplorasi peluang kerja sama di masa depan, katanya.

Jamuan makan malam itu antara lain dihadiri delegasi parlemen dari Aljazair, Angola, Benin, Burundi, Djibouti, Eswatini, Ghana, Kenya, Malawi, Mauritius, Maroko, Nigeria, Tanzania,Tunisia, Zimbabwe, Ethiopia, Libya, Mozambik, Somalia, dan Afrika Selatan.