Sekitar 10 ribu hekatre lahan pertanian di NTB alami kekeringan

id musim kemarau,lahan pertanian kekeringan,siklon tropis,program perpompaan,irigasi perpompaan,nusa tenggara barat

Sekitar 10 ribu hekatre lahan pertanian di NTB alami kekeringan

Seorang laki-laki menggembala ternak kerbaunya di persawahan tadah hujan yang mengering di Desa Penujak, Kecamatan Praya Barat, Praya, Lombok Tengah, NTB, Selasa (17/9/2024). Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan puncak musim kemarau pada September 2024 masih berlangsung sehingga potensi kekeringan di wilayah NTB diprediksi meluas dan masyarakat diimbau agar dapat menggunakan air secara bijak, efektif dan efisien. ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi/foc.

Mataram (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) mengungkapkan musim kemarau saat ini menyebabkan lahan pertanian seluas 10 ribu hektare mengalami kekeringan.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB Muhammad Taufieq Hidayat menyebutkan daerah yang terdampak kekeringan berada di Kabupaten Bima, Dompu, Sumbawa, Lombok Timur, dan Lombok Tengah.

"Total sekitar 10 ribuan hektare terdampak meluasnya kekeringan," kata Taufieq di Mataram, Kamis.

Taufieq mengungkapkan situasi itu tidak terlalu berdampak terhadap produksi pangan di Nusa Tenggara Barat, karena ada program perluasan areal tanam atau PAT dengan target seluas 51 ribu hektare.

Program PAT itu sudah terealisasi dengan luas tanam sebanyak lebih kurang 65 persen dari target atau setara 33.150 hektare.

Baca juga: Potensi kekeringan di NTB pada musim kemarau kali ini diprediksi meluas

Sejak awal Mei 2024 atau musim tanam kedua, pemerintah memitigasi dampak meluasnya wilayah kekeringan melalui program pompanisasi dan irigasi perpompaan di Nusa Tenggara Barat.

"Sebanyak 4 ribuan pompa telah disalurkan kepada kelompok-kelompok tani dan telah termanfaatkan sebanyak lebih kurang 50 persen dan sisanya masih dalam proses pemasangan," kata Taufieq.

Bentuk mitigasi kekeringan melalui program pompanisasi dan irigasi perpompaan merupakan bentuk kerja sama Kementerian Pertanian RI dengan Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, serta Dinas Pertanian kabupaten/kota di seluruh Nusa Tenggara Barat.

Baca juga: Delapan kabupaten di NTB berstatus siaga kekeringan

Selain untuk mendukung perluasan areal tanah, program itu juga dimanfaatkan untuk penyelamatan di luas tambah tanam atau LTT di musim tanam kedua dan musim tanam ketiga.

"Insya Allah, Nusa Tenggara Barat tetap dapat memenuhi kewajiban sebagai salah satu provinsi lumbung pangan nasional," ucap Taufieq.

Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi potensi kekeringan di Nusa Tenggara Barat bakal meluas karena puncak musim kemarau masih berlangsung pada September 2024.

Baca juga: BMKG imbau masyarakat waspadai kekeringan meluas di wilayah NTB

Pada dasarian II September 2024 (11-20 September 2024) potensi hujan sangat rendah. Potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang (>20mm/dasarian) terjadi di sebagian kecil wilayah Nusa Tenggara Barat.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan keberadaan siklon tropis Ulasan dan 89W yang kini berada di utara Indonesia, tepatnya perairan Filipina membuat uap air tertarik ke wilayah utara.

"Siklon tropis Pulasan dan 89W di utara bikin sistem konveksi bergeser ke utara dan Indonesia jadi bersih dari awan dan kering lagi," pungkas Peneliti Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin.

Baca juga: Status darurat kekeringan ditetapkan di Lombok Tengah