Jakarta (ANTARA) - Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ayu Savitri Nurinsiyah mengungkapkan lima kelompok keong darat di Indonesia yang berpotensi untuk dimanfaatkan menjadi obat herbal.
Kelima kelompok keong yang hidup di Indonesia tersebut yakni Lissachatina fulica, Amphidromus palaceus, Dyakia rumphii, Ampullariidae, dan Viviparidae.
"Lima kelompok ini secara rutin digunakan untuk pengobatan tradisional, seperti untuk menyembuhkan luka, asma, dan beberapa penyakit lainnya," kata Ayu melalui keterangan di Jakarta, Minggu.
Berdasarkan penelitian, Ayu menyebut masyarakat di beberapa daerah di Indonesia masih menggunakan keong darat untuk pengobatan, meskipun pengetahuan ini semakin langka.
Penelitian tersebut juga menunjukkan potensi besar dari keong darat untuk dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan dasar obat-obatan modern.
Dari sebanyak 126.316 spesies keong yang telah divalidasi di dunia, Ayu mengungkapkan lebih dari 5.000 atau 6 persen spesies ini berada di tanah air.
"Sebanyak 557 spesies hidup di air tawar, 111 spesies di antaranya hidup sebagai endemik Indonesia. Sementara, dari keseluruhan terdapat 1.294 spesies berada di darat, sebanyak 595 merupakan endemik Indonesia," ujarnya.
Ayu mengemukakan Pulau Jawa dan sekitarnya merupakan salah satu daerah dengan keanekaragaman spesies keong darat yang tinggi. Dari 263 spesies yang ada, 104 spesies di antaranya adalah spesies endemik atau hanya berada di Pulau Jawa dan pulau kecil di sekitarnya.
Baca juga: Biostimulan dari rumput laut jadi prebiotik perikanan budidaya
"Keanekaragaman ini tidak hanya terlihat dari segi jumlah spesies, tetapi juga dari variasi karakter morfologis, habitat, serta perilaku ekologisnya. Ada keong darat yang hidup di habitat kering dan berbatu, sementara yang lain lebih menyukai lingkungan lembap di sekitar sungai atau air terjun," paparnya.
Ayu menekankan keong darat selain memiliki fungsi ekologis yang penting dalam ekosistem, juga memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dalam berbagai bidang, termasuk kuliner, obat-obatan, dan kosmetik.
Di berbagai negara, kata dia, keong telah lama digunakan sebagai sumber protein alternatif. Misalnya, di Prancis, keong darat (escargot) merupakan makanan mewah yang sangat digemari dan memiliki nilai ekonomi tinggi.
Baca juga: Peneliti sebut pemanfaatan tanaman obat dalam masyarakat Bali kuno
Selain sebagai sumber makanan, ungkap Ayu, lendir yang dihasilkan oleh keong darat juga memiliki nilai medis yang tinggi. Lendir keong diketahui memiliki sifat antibakteri dan dapat digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit kulit, seperti luka, infeksi, bahkan membantu regenerasi jaringan kulit.
"BRIN terus berupaya melakukan penelitian dan konservasi yang berkelanjutan untuk memastikan keanekaragaman ini tetap terjaga dan dapat dimanfaatkan secara bijaksana untuk kesejahteraan masyarakat serta pelestarian lingkungan," tuturnya.
Berita Terkait
Keong noncangkang Mengusik Budi Daya Pepaya California
Jumat, 3 Oktober 2014 17:47
Ibo Gantungkan Harapan pada Keong Mas
Sabtu, 25 Januari 2014 14:10
KEONG EMAS SERANG PADI DI LOMBOK TENGAH
Senin, 15 November 2010 17:30
BOCAH UTAH TUTUPI WAJAHNYA DENGAN 43 KEONG
Jumat, 22 Mei 2009 14:38
BRIN cari alternatif obat berbasis tumbuhan
Senin, 18 Desember 2023 20:39
Anggaran riset BRIN terbuka semua pihak
Rabu, 20 November 2024 18:44
Rektor Unram kukuhkan enam guru besar untuk meningkatkan kualitas riset
Rabu, 20 November 2024 18:38
Pj Gubernur NTB ajak kampus integrasikan hasil riset ke kebijakan daerah
Rabu, 20 November 2024 16:44