Beijing (ANTARA) - Pemerintah Republik Rakyat China mengimbau rakyatnya untuk meninggalkan Suriah setelah meletusnya perang saudara di bagian utara Suriah.
"Kami ingin mengingatkan warga negara China di Suriah untuk mengambil tindakan pencegahan keamanan ekstra, meninggalkan negara tersebut atau bepergian ke wilayah yang relatif lebih aman sesegera mungkin dan segera menghubungi kedutaan untuk meminta bantuan dalam situasi darurat," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Suriah dalam konferensi pers di Beijing, Senin.
Sebelumnya sejak Rabu (27/11), pertempuran pecah antara pasukan rezim Assad dan kelompok bersenjata anti-rezim di wilayah pedesaan barat provinsi Aleppo, Suriah utara.
Pada 27 November, kelompok bersenjata anti-rezim maju dengan cepat dari pedesaan barat Aleppo menuju pusat provinsi untuk melawan pasukan rezim Assad.
Pada 30 November, kelompok bersenjata berhasil menguasai sebagian besar wilayah pusat. Kelompok bersenjata ini berhasil merebut distrik Khan Shaykhun, memperkokoh kontrol mereka atas seluruh wilayah Idlib.
Puluhan desa yang berhasil direbut, termasuk desa Urm Al-Kubra, Anjara, Bashnatrah, Kafr Basma, Basratoun, Hawr, al-Qasimiyah, Ajil, Bala, al-Saloum, serta pangkalan militer rezim Suriah yang dikenal sebagai Pangkalan 46.
Baca juga: Pemerintah China perluas bebas visa hingga 38 negara
Wilayah yang baru direbut di pedesaan barat Aleppo seluas 245 kilometer persegi, sehingga pasukan oposisi berada sekitar 5 kilometer (3 mil) dari kota Aleppo.
"China menyadari perubahan situasi keamanan di Suriah. Kedutaan Besar kami di Suriah telah mengeluarkan peringatan keamanan dan mengikuti perkembangan di lapangan dengan saksama dan meminta pemerintah setempat untuk mengambil langkah-langkah efektif guna melindungi keselamatan dan keamanan warga negara dan lembaga China," tambah Lin Jian.
Lin Jian pun mengatakan sangat prihatin dengan situasi di Suriah barat laut, dan mendukung upaya Suriah untuk menegakkan keamanan dan stabilitas nasional.
"Sebagai sahabat Suriah, China bersedia melakukan upaya aktif untuk menghindari memburuknya situasi di Suriah," ungkap Lin Jian.
Selama tiga hari bentrokan, kelompok bersenjata merebut 108 lokasi, termasuk 86 di pedesaan Aleppo dan 22 di Idlib. Kelompok anti-rezim telah menguasai sedikitnya 850 kilometer persegi di provinsi Aleppo dan Idlib.
Sehingga pada Minggu (1/12) terjadi serangan udara yang dilancarkan oleh pasukan rezim Bashar al-Assad di provinsi Idlib, Suriah. Pesawat tempur rezim menargetkan berbagai kawasan di kota Idlib.
Baca juga: Pemerintah China harap pemerintahan baru Jepang bangun hubungan konstruktif
Tentara Nasional Suriah (SNA) juga meluncurkan "Operasi Fajar Kebebasan”, memasuki medan perang, memutus jalur antara Raqqa dan Aleppo, serta memblokir hubungan antara Tel Rifaat dan Suriah timur laut.
Sebagai bagian dari Operasi Fajar Kebebasan, SNA pada Minggu merebut Bandara Militer Kuweires di Aleppo dan memutus jalur logistik kelompok teror PKK/YPG antara Tel Rifaat dan Manbij.
Otoritas Pertahanan Sipil Suriah melaporkan bahwa 59 warga sipil juga terluka, termasuk 21 anak-anak dan 19 wanita.
Suriah telah terlibat dalam perang saudara yang kejam sejak awal 2011 yang dimulai dengan protes damai terhadap pemerintahan Bashar al-Assad dan berkembang menjadi perang yang melibatkan berbagai kelompok lokal dan internasional karena pasukan keamanan Suriah menanggapi protes dengan kekerasan.
Tercatat sejumlah kelompok oposisi terlibat dalam perang saudara, seperti Tentara Pembebasan Suriah (FSA), Kelompok YPG (Unit Perlindungan Rakyat) yang terafiliasi dengan PKK (Partai Pekerja Kurdistan), hingga ISIS.