Lombok Barat (Antaranews NTB) - Warga Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat menggelar dzikir dan doa di malam pergantian tahun 2019.
Pantauan Antara di sejumlah desa di Kabupaten Lombok Barat, Senin malam, seperti di komplek perumahan LA Resort di Desa Karang Bongkot, Kecamatan Labuapi, warga mulai dari orang dewasa hingga anak-anak dengan khidmat mengikuti dzikir dan doa serta mendengarkan tausiah agama di lapangan terbuka komplek setempat.
"Kegiatan ini kami lakukan sebagai bentuk silaturahmi antar warga untuk menyambut malam pergantian tahun," ujar Ketua RT 8 Blok Dahlia Perumahan LA Resort, Desa Karang Bongkot, Lombok Barat, Saiful Hamdi.
Ketua Pembangunan Masjid Riyadlul Jinan LA Resort ini, mengatakan kegiatan itu digelar dengan sangat sederhana, mengingat kondisi daerah yang sedang masa pemulihan pascagempa bumi beruntun yang mengguncang daerah itu pada akhir Juli hingga Agustus 2018.
"Kegiatan ini juga kami lakukan menindaklanjuti imbauan yang disampaikan Gubernur NTB dan Bupati Lombok Barat untuk mengisi malam pergantian tahun dengan giat keagamaan," jelasnya.
Pihaknya berharap melalui kegiatan dzikir dan doa serta tausiyah tersebut, musibah gempa bumi yang melanda NTB, termasuk bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi Palu dan Selat Sunda tidak terulang lagi di tahun 2019 dan tahun-tahun yang akan datang.
"Ini juga sebagai momentum kebangkitan NTB pascagempa bumi," tegasnya.
Sementara itu, acara dzikir dan doa juga digelar puluhan warga Perumahan Panorama Alam, Desa Sesela, Kecamatan Gunung Sari, Lombok Barat.
Di tempat ini, warga Perumahan Panorama Alam, bersama remaja islam dan pengurus Masjid Hubburahman desa menggelar dzikir dan doa diawali dengan pengajian di Masjid Hubburahman usai pelaksanaan shalat Maghrib yang dilakukan secara berjamaah.
Ketua RT 007 Perumahan Panorama Alam, Dusun Dasan Utama, Desa Sesela, Fahrul Mustofa mengaku, dihelatnya kegiatan kali ini adalah bagian mengenalkan generasi muda di wilayahnya agar mengisi kegiatan pergantian tahun baru masehi, dengan kegiatan positif.
Sebab, perayaan dengan meniup terompet serta pesta kembang api merupakan budaya barat yang tidak dikenal dalam ajaran islam.
"Yang pasti kegiatan dzikir dan doa ini adalah kegiatan tahunan, yang juga kita hajatkan sebagai bentuk keprihatinan atas kondisi kebencanaan yang dialami NTB akhir-akhir ini," ujarnya.
Fahrul bersyukur kegiatan yang diakhiri dengan bersantap malam bersama seluruh warga itu berlangsung tertib dan lancar.
"Usai santap malam, seluruh anak-anak dan remaja melaksanakan itikaf di masjid. Sedangkan, para orang tua bersama pengurus RT dan masjid ikut mendampingi mereka untuk melantunkan ayat Alquran," katanya.
Sebelumnya, Gubernur NTB H Zulkieflimansyah mengeluarkan surat edaran dengan nomor, 528/831/XII/BKBPDN/2018 yang ditujukan ke seluruh Bupati/Walikota, Pimpinan Organisasi Kemasyarakatan, Pimpinan Pesantren di NTB.
Dalam imbauannya, gubernur berharap kepala daerah, pimpinan organisasi hingga pimpinan ponpes, dapat mengingatkan warga masyarakat, anak-anak remaja atau pemuda di NTB tidak merayakan malam pergantian tahun secara belebihan.
Terdapat tiga poin penting dalam imbauan gubernur tersebut, yakni gubernur meminta kepada masyarakat umumnya di NTB agar mengisi kegiatan malam pergantian tahun dengan giat keagamaan. Selanjutnya, masyarakat diminta tidak merayakan malam tahun baru dengan melakukan acara hiburan, kegiatan pesta berlebihan, menyalakan kembang api/petasan dan kebut-kebutan (aksi ugal-ugalan) di jalan raya, yang mana nantinya akan mengganggu keamanan masyarakat serta ketertiban lalu lintas.
Kemudian, gubernur juga meminta kepada seluruh pemilik dan pengelola tempat hiburan untuk tidak mengadakan kegiatan pesta pada malam pergantian tahun secara berlebihan. (*)