Kejaksaan menargetkan kasus jambanisasi Bayan tuntas pertengahan Mei

id kasus korupsi

Kejaksaan menargetkan kasus jambanisasi Bayan tuntas pertengahan Mei

Kantor Kejari Mataram. (Foto Antara/Dhimas BP)

Mataram (ANTARA) - Kejaksaan Negeri Mataram, Nusa Tenggara Barat, menargetkan kasus dugaan korupsi proyek jambanisasi di Desa Bayan, Kabupaten Lombok Utara, yang diduga bermasalah dalam konstruksi pekerjaannya tuntas pada pertengahan Mei.

"Kita targetkan pertengahan Mei sudah selesai dan dilimpahkan ke pengadilan," kata Kepala Kejari Mataram I Made Sumedana di Mataram, Kamis.

Proyek jambanisasi ini masuk dalam program perbaikan sanitasi desa. Untuk Desa Bayan, program perbaikan sanitasi desa telah terdaftar dalam APBDes Tahun 2016.

Untuk pekerjaannya, Pemerintah Desa Bayan menarik anggaran Dana Desa dan Alokasi Dana Desa (DD/ADD) Tahun 2016 senilai Rp855 juta.

Dengan nominal tersebut, Pemdes Bayan memprogramkan proyek pembuatan jamban umum dan pribadi untuk warga.

Menurut hasil pemeriksaan jaksa, ada 545 orang dari 13 dusun di Desa Bayan masuk dalam daftar penerima bantuan.

Bahkan dua pertiga dari jumlah warga yang menerima bantuan, telah diperiksa oleh jaksa. Jumlah yang diperiksa, diperkirakan mencapai 300 orang.

Tidak hanya pemeriksaan warga penerima bantuan, aparat desa dengan tim pelakasana kegiatan (TPK) juga masuk dalam rangkaian pemeriksaannya.

Dari hasil pemeriksaan, ditemukan dugaan perbedaan volume pengerjaan dengan anggaran perencanaannya yang tidak sesuai dengan spesifikasi pengadaan.

Tindak lanjut dari temuan tersebut, pihak kejaksaan melakukan perhitungan mandiri dan menemukan indikasi kerugian negara yang nilainya mencapai Rp600 juta.

Sebagai komparasi hasil perhitungannya, pihak kejaksaan melakukan koordinasi dengan Inspektorat Lombok Utara. Untuk hasilnya pun, Kejari Mataram telah menerima dari inspektorat.

Lebih lanjut dalam proses pemberkasannya, kejaksaan telah menetapkan dua tersangka. Keduanya merupakan aparat Pemdes Bayan yang ikut bertanggung jawab dalam proyek pekerjaannya.

Dua tersangka adalah pejabat kaur keuangan yang berperan sebagai bendahara, berinisial RK, dan RW, ketua TPK.