Pengkajian mobil listrik dan biodiesel berjalan beriringan

id mobil listrik

Pengkajian mobil listrik dan biodiesel berjalan beriringan

Petugas mendemonstrasikan cara pengisian kendaraan listrik melalui Electric Vehicle Charging Station (EVCS) di kantor BPPT, Jakarta. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/hp/pri

Mataram (ANTARA) - Presiden Joko Widodo ingin membangun industri mobil listrik sebagai lompatan kemajuan seiring dengan perkembangan bahan bakar nonfosil.

Jokowi mengatakan industri mobil listrik adalah salah satu bentuk dari lompatan kemajuan yang harus dilakukan dari sekarang. Presiden pun telah perpres terkait hal tersebut, dengan harapan para pelaku industri otomotif di Indonesia merancang dan membangun pengembangan mobil listrik.

Namun di saat bersamaan, Presiden Joko Widodo juga ingin Indonesia terus mengembangkan Program B20 dan akan masuk ke B30 campuran solar dengan 30 persen biodiesel, bahkan kalau perliu sampai dengan B100. Pengembangan biodiesel tersebut bertujuan agar Indonesia tidak lagi banyak mengimpor bahan bakar dari luar.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menyebut program B20 akan tetap berjalan kendati perpres mobil listrik disahkan.

Menurut Jonan, pembangkit listrik Tanah Air akan memanfaatkan B20 sebagai bahan bakarnya. Kedua program akan tetap berjalan, mengingat program B20 dan kendaraan listrik merupakan upaya pemerintah menekan impor BBM dan menyelamatkan devisa negara.

Hal senada juga disampaikan oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bahwa upaya pemerintah untuk mendorong penggunaan mobil listrik dapat berjalan berdampingan dengan program mandatori biodiesel hingga B100 pada 2021-2022.

Menteri Airlangga menjelaskan bahwa pemerintah hanya menargetkan sekitar 20 persen kendaraan listrik yang beredar pada 2025, sedangkan sisanya kendaraan berbasis bahan bakar.

Selain mobil listrik, pemerintah juga mendorong industri untuk mengembangkan kendaraan berbahan bakar fleksibel atau (flexy fuel engine).

Kendaraan berbahan bakar fleksibel ini seperti mobil bermesin konvensional, namun dapat diisi bahan bakar nabati (biofuel) jenis biodiesel dengan campuran minyak kelapa sawit (CPO) 20 persen (B20) atau bioetanol dari tebu.

Mungkinkah penerapan kendaraan listrik bisa berjalan beriringan dengan pengembangan biodiesel sampai dengan B100 di Indonesia?
Ada yang tereliminasi

Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Haryadin Mahardika menilai mobil bertenaga listrik, kemungkinan akan menggantikan mobil-mobil yang masih menggunakan bensin, solar dan bahkan biodiesel.

Haryadin mengatakan bahwa semua jenis mobil yang masih menggunakan bahan bakar fosil atau baurannya, seperti bensin, solar, biodiesel B20 dan B30, memang itulah yang seharusnya digantikan oleh mobil listrik mengingat emisinya yang kurang baik. Kecuali kendaraan yang menggunakan bahan bakar gas.

Kemungkinan sudah waktunya untuk memulai konversi mobil-mobil yang menggunakan bahan bakar bensin dan solar ini ke gas dengan menggunakan konverter.

Dengan menggunakan konverter, maka mobil-mobil konvensional atau biasa tersebut akan menjadi mobil yang menggunakan bahan bakar ganda yakni bisa mengonsumsi bensin/solar dan gas.

Upaya konversi mobil-mobil berbahan bakar bensin/solar tersebut ke gas sebenarnya perlu didorong oleh pemerintah.


Biodiesel opsi peralihan

Sedangkan Lembaga kajian Institute for Transportation and Development Policy (ITDP) menilai pengembangan dan penerapan biodiesel B20 dan B30 bisa menjadi opsi peralihan atau transisi menuju kendaraan listrik.

Direktur ITDP Indonesia Faela Sufa mengatakan bahwa sebetulnya biodiesel B20 ini bisa menjadi opsi peralihan menuju elektrifikasi kendaraan seperti mobil listrik.