Kualasimpang, Aceh (ANTARA) - Kejaksaan Negeri (Kajari) Aceh Tamiang menyebutkan seorang perempuan terdakwa yang terbukti melakukan perzinaan bersama pasangan menunda hukuman 61 kali cambukan tahun 2020 akibat tidak sanggup lagi menjalani eksekusi oleh seorang algojo.
"Untuk yang 100 kali cambukan, baru dijalani 39 cambukan. Maka sisanya nanti saat eksekusi di tahun depan," ujar Kepala Seksi Pidana Umum Kejari Aceh Tamiang, Roby Syahputra, Kamis.
Roby menjelaskan, sebanyak 33 pelanggar syariat Islam, di antaranya tiga perempuan telah menjalani eksekusi cambuk, karena terbukti bersalah melanggar syariat Islam yang diatur dalam Qanun Provinsi Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat.
Terdakwa Amratul Hasanah (35) merupakan penduduk di Dusun Bendahara, Desa Sungai Kuruk, Kecamatan Seruway telah berulang kali dipanggil oleh jaksa yang mengeksekusi dari Kejari Aceh Tamiang untuk menjalani eksekusi hukuman cambuk.
Amratul tidak sanggup menahan rasa sakit di bagian punggung akibat lecutan seorang algojo dari atas panggung halaman depan Gedung Islamic Center Aceh Tamiang, dengan disaksikan sejumlah pejabat terkait dan masyarat sekitar.
Perempuan terdakwa itu bersama pasangan bukan muhrimnya Rustam (59) merupakan warga di Dusun Tanjung Keramat, Desa Paya Udang, Kecamatan Seruway terbukti melakukan perbuatan zina, sehingga masing-masing dihukum 100 kali cambukan tanpa dikurangi selama terdakwa berada dalam tahanan sementara.
Rustam kerap merasa kesakitan di bagian punggung, dan meminta air putih, serta waktu istirahat beberapa saat dalam gedung. Ia masih sanggup menahan rasa sakit akibat lecutan cambuk sang algojo.
"Kalau yang pingsan tadi (Irma Hariani, 32), setelah eksekusi selesai," katanya pula.
Beberapa warga yang menyaksikan eksekusi cambuk secara langsung, terutama hukuman atas perbuatan zina, mengatakan sakit yang dirasakan kedua orang itu tidak sebanding dengan nikmat yang hanya sesaat.
Pelaksanaan uqubat atau hukuman cambuk ini dilakukan di ruang terbuka, disaksikan ratusan masyarakat secara langsung, sebagai bentuk penerapan hukum syariat di Provinsi Aceh agar menjadi pelajaran bagi masyarakat luas di Aceh Tamiang.
"Paling enaknya cuma lima menit, tapi sakit dan malunya ini," kata Syawal (43) pula.
Berita Terkait
Puluhan Warga Mataram Lakukan Aksi Gunduli Kepala
Jumat, 21 Agustus 2015 15:53
Haji- 60 Persen Calon Haji Mataram Risiko Tinggi
Rabu, 19 Agustus 2015 21:37
Bupati Sumbawa Barat Evaluasi Jelang Akhir Jabatan
Selasa, 11 Agustus 2015 7:40
Legislator Kecewa Anggaran Sosial Minim Dialokasikan Pemprov NTB
Rabu, 5 Agustus 2015 23:18
Anggaran pengamanan pilkada sumbawa barat rp1,5 miliar
Jumat, 31 Juli 2015 15:01
Paket "K2" Pertama Mendaftar Ke KPU KSB
Senin, 27 Juli 2015 11:14
Paket "f1" didukung partai terbanyak dalam pilkada
Minggu, 5 Juli 2015 14:21
Ikan tuna NTB mengandung merkuri kadar rendah
Rabu, 10 Juni 2015 6:56