IPM NTB masih berada di bawah level nasional

id IPM NTB,BPS NTB,Umur Harapan Hidup

IPM NTB masih berada di bawah level nasional

Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, BPS NTB, I Gusti Lanang Putra (tengah), menyampaikan keterangan terkait dengan capaian IPM NTB pada 2019, di Mataram, Senin (17/2/2020). Foto Humas BPS NTB

Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat merilis indeks pembangunan manusia (IPM) NTB pada 2019 mencapai 68,14 persen, namun masih di bawah level nasional sebesar 71,92 persen.

"Meski laju pertumbuhan IPM NTB selalu berada di atas laju pertumbuhan IPM nasional, namun level capaian IPM NTB masih berada di bawah level nasional," kata Kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, BPS NTB, I Gusti Lanang Putra, di Mataram, Senin.

Ia menyebutkan selisih IPM NTB dengan nasional pada tahun 2010 masih cukup lebar, yaitu sebesar 5,37 poin. Seiring dengan berjalannya waktu, selisih ini semakin menipis menjadi 3,84 poin pada 2019.

Artinya, kata Gusti, NTB semakin berbenah dan berusaha mengejar ketertinggalan pembangunan manusia agar paling tidak bisa sejajar dengan Nasional.

"Namun sepertinya upaya yang lebih keras diperlukan agar jarak ketertinggalan dengan nasional semakin menipis," katanya.

Dari sisi laju pertumbuhan, kata dia, IPM NTB tercepat kelima dibandingkan provinsi lain di Indonesia, dengan pertumbuhan sebesar 1,25 persen.

Dengan laju pertumbuhan tersebut IPM NTB mencapai 68,14 persen pada 2019, atau meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 67,30 persen.

Namun IPM NTB masih dalam kategori level sedang dan menduduki peringkat 29 dari 34 provinsi di Indonesia.

Hal itu disebabkan karena umur harapan hidup warga NTB masih berada di kisaran 66,28 tahun. Begitu juga dengan komponen pembentuk IPM lainnya, yakni harapan lama sekolah 13,48 tahun, rata-rata lama sekolah 7,27 tahun, dan pengeluaran per kapita Rp10,64 juta per tahun.

"Semua komponen pembentuk IPM NTB mengalami pertumbuhan. Umur harapan hidup mengalami pertumbuhan 0,62 persen, harapan lama sekolah 0,07 persen, rata-rata lama sekolah 3,41 persen dan pengeluaran per kapita 3,46 persen," ucap Gusti.

IPM merupakan salah satu alat ukur pembangunan yang digunakan dalam target pembangunan pemerintah.

IPM juga masih dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembahasan asumsi makro di DPR, dan bahkan menjadi salah satu dasar dalam mengalokasikan dana alokasi umum (DAU).

Komponen pembentuk IPM adalah umur harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan pengeluaran per kapita.