Gunung Rinjani harus dijadikan pendakian kelas dunia

id Gunung Rinjani

Gunung Rinjani harus dijadikan pendakian kelas dunia

Sarasehan Pengelolaan Pendakian Kelas Dunia di Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, 1-2 April 2021.

Sembalun, Lombok Timur (ANTARA) - Dedy Asriady, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Mataram, menyatakan, Rinjani harus menjadi bagian pendakian kelas dunia.

"TNGR bersama stake holder yang lainnya, akan menguatkan posisi Rinjani untuk menjadikannya sebagai pendakian yang mempunyai nama di kancah nasional dan internasional," katanya, Sabtu.

Dalam acara Sarasehan Pengelolaan Pendakian Kelas Dunia di Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun Lombok Timur, ia menegaskan
Rinjani akan dijadikan "pilot project" untuk pengelolaan pendakian kelas dunia.

"Rinjani itu menjadi bagian barometer pendakian di Indonesia bertaraf Internasional, saya mengusulkan Rinjani menjadi percontohan, dengan segala kelebihan dan kekurangannya," katanya.

Bentang alam yang tercipta dari proses alamiah di Gunung Rinjani, membuat beberapa tempat di kawasan ini menjadi menarik objek wisata pendakian merupakan pilihan utama bagi para wisatawan yang berkunjung ke TNGR.

Hal ini dapat dilihat dari tren kunjungan selama lima tahun terakhir, jumlah kunjungan rata-rata meningkat sebesar kurang lebih 50,11 persen per tahun.

Data tersebut, diperoleh dari data BTNGR dari tahun 2016 hingga 2020. Kawasan TNGR dan lansdcape di sekitarnya telah ditetapkan sebagai bagian dari Unisco Global Geopark Rinjani Lombok (GGRL), Cagar Biosfer, Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) dan Destinasi Pariwisata Super Prioritas.

"Label ini membuat TNGR menjadi semakin dikenal dan diminati oleh wisatawan," katanya.

Selain itu, Gunung Rinjani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan masyarakat di Pulau Lombok. Hampir sebagian besar masyarakat di Lombok tergantung kepada Gunung Rinjani.

"Gunung Rinjani masih indentik dengan aktivitas ekonomi, sosial dan budaya masyarakat Lombok," tandas Dedy.

Gunung Rinjani, lanjutnya, memiliki daya tarik wisata tersendiri bagi pengunjung terutama dalam kegiatan pendakian.

Saat ini terdapat enam jalur wisata pendakian yang dimiliki oleh TNGR, diantaranya, jalur pendakian Senaru, Sembalun, Timba Nuh, Aik Berik, Torean dan Tete Batu.

"Animo kunjungan ke TNGR setiap tahunnya mengalami peningkatan, hal itu mencerminkan minat pengunjung ke TNGR masih cukup tinggi dan diminati," katanya.

Untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada pengunjung, sehingga terwujudnya "zero waste" dan "zero accident" di jalur wisata pendakian, perlu adanya standar atau kualifikasi pendakian.

Saat ini telah ada standar kualifikasi terhadap pengelolaan pendakian gunung di Indonesia, yakni, SNI nomer 8748 tahun 2019, namun dirasakan perlunya standar pendakian yang memastikan pengelolaan destinasi pendakian Indonesia yang bertaraf internasional.

Karena itu, Balai TNGR sebagai pengelola kawsan TNGR melakuakan kegiatan "Serasehan Pengelolaan Pendakian Kelas Dunia".

"Tujuannya adalah tersusunya standar kualifikasi pengelolaan pendakian kelas dunia yang akan diterapkan di TNGR", katanya bersemangat.

Sementara itu, Direktur PJLHK Dr Nandang Prihadi SHut MSc mengatakan pendakian adalah wisata minat khusus yang tidak bisa disamakan prosedurnya dengan wisata lainnya.

"Artinya tidak semua orang bisa melakukan kegiatan pendakian," katanya.

Dalam serasehan tersebut menghasilkan sejumlah simpulan, yakni,

1. tindak lanjut dari kegiatan sarasehan pengelolaan pendakian kelas dunia adalah penyusunan pedoman standar pengelolaan pendakian kelas dunia yang berkelanjutan.

2. Mengusulkan Taman Nasional Gunung Rinjani, Taman Nasional Gunung Merbabu dan Taman Nasional Gunung Ciremai kepada Direktur Jendera KSDAE sebagai site pilot project pendakian kelas dunia berkelanjutan.

3. Mengusulkan pembentukan tim kerja yang terdiri dari Indecoon, FMI, APGI, Direktorat PJLHK, Taman Nasional Gunung Rinjani, Taman Nasional Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Cirmae, Taman Nasional Gunung Beromo Tengger Semeru, BKSDA Kalimatan Barat, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, sektor pariwisata, akademisi, LSM dan stakaholder terkait lainnya untuk menyusun pedoman pendakian kelas dunia yang berkelanjutan yang akan ditetapkan oleh Direktur Jenderal KSDAE Kementerian LHK.

4. Bersama-sama mendorong proses peningkatan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan pendakian kelas dunia yang berkelanjutan.

Pewarta :
Editor: Riza Fahriza
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.