Jakarta (ANTARA) - Minum susu rutin selama seminggu atau bahkan sebulan tak akan membersihkan paru-paru seorang perokok yang rusak akibat kebiasaan merokoknya, ungkap dokter spesialis patologi anatomi RS Dharmais, dr. Evlina Suzanna, Sp.PA,
"Tidak ada hubungannya minum susu selama seminggu, dua minggu, sebulan dengan pembersihan paru," ujar dia dalam virtual media briefing bertema "Hari Kanker Paru Sedunia 2021: Situasi dan Penanganan Kanker Paru pada Masa Pandemi COVID-19", Kamis.
Merokok merusak saluran dan kantung udara kecil (alveoli) di paru-paru. Evlina mengatakan, kerusakan yang terjadi bisa mencapai DNA dan perlu waktu sekitar 30 tahun untuk membebaskan DNA ini dari efek buruk akibat merokok.
"Jadi, apabila seseorang telah merokok berat atau ringan itu nanti membebaskan DNA ini dari efek rokok itu berpuluh-puluh tahun," kata dia yang juga menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Perhimpunan Onkologi Indonesia (POI) itu.
Lebih lanjut, merokok termasuk faktor utama risiko terjadinya kanker paru. Seorang perokok berpeluang 20-50 kali lebih tinggi terkena kanker ini dibandingkan mereka yang tidak merokok. Merokok juga menjadi penyebab 80 persen kematian akibat kanker.
Data dari laman Johns Hopkins Medicine memperlihatkan, merokok cerutu 5 batang sehari berisiko terkena kanker paru-paru yang sama besarnya dengan merokok dengan rokok biasa satu bungkus sehari.
Sementara itu, merokok pasif bukannya bebas dari risiko kanker. Data menunjukkan, seringnya terpapar asap rokok dari perokok aktif ini meningkatkan risiko terkena kanker paru 20-30 persen.
Di Indonesia, data Global Cancer Statistic (Globocan) tahun 2020 menunjukkan, angka kejadian kanker paru meningkat dari sebelumnya 30.023 pada tahun 2018, menjadi 34.783 pada tahun 2020.
"Angka insiden di tanah air mulai terjadi pada usia 35 tahun kemudian meningkat 4 kali lipat dan berkali lipat sampai usia 60 tahunan," tutur Evlina.
Dari sisi gejala, mereka yang terkena kanker paru umumnya merasakan gejala seperti batuk, sakit dada, sesak napas, mengi, infeksi paru-paru berulang, suara serak, pembengkakan leher dan wajah, nyeri dan kelemahan di bahu, lengan, atau tangan dan demam.
Berita Terkait
Kurangi kebiasaan buruk akibat stres
Selasa, 29 Oktober 2024 6:27
Produk tembakau alternatif perlihatkan kerusakan gigi menurun
Selasa, 22 Oktober 2024 5:27
Dokter ingatkan pentingnya deteksi dini kanker kelenjar
Kamis, 29 Agustus 2024 21:02
Kesehatan reproduksi pria merokok lebih rendah
Sabtu, 20 Juli 2024 4:48
Tembakau alternatif mampu mengurangi risiko pada perokok dewasa
Selasa, 16 Juli 2024 20:14
Tak ada bukti produk tembakau alternatif jadi penyebab kanker
Rabu, 10 Juli 2024 20:44
Akses ke rokok bagi anak-anak perlu dipersulit
Rabu, 29 Mei 2024 20:19
Peneliti: Tembakau alternatif lebih rendah risiko kesehatan
Rabu, 13 Maret 2024 5:38