17 petugas sudah disiagakan di RSD COVID-19 Grand Inn Mataram

id rsd covid mataram,fasilitas isolasi mataram,covid mataram

17 petugas sudah disiagakan di RSD COVID-19 Grand Inn Mataram

Sekretaris Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kota Mataram Mahfuddin Noor. (ANTARA/Nirkomala)

Mataram (ANTARA) - Sekretaris Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Kota Mataram Mahfuddin Noor mengatakan bahwa pemerintah sudah menyiagakan 17 petugas di Rumah Sakit Darurat (RSD) COVID-19 di Hotel Grand Inn, Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.

"Sebanyak 17 petugas itu kita siapkan, karena rencananya hari ini hotel akan mulai terisi sekitar dua sampai tiga pasien COVID-19 tanpa gejala," katanya di Mataram, Kamis.

Menurut dia, Hotel Grand Inn merupakan hotel ketiga yang difungsikan sebagai rumah sakit darurat untuk menangani pasien COVID-19 di Kota Mataram selain Hotel Nutana dan Fizz Hotel. 

Mahfuddin, yang juga menjabat sebagai Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Mataram, menjelaskan bahwa petugas yang disiagakan di RSD COVID-19 Grand Inn meliputi, petugas hotel, tim medis, serta petugas keamanan dari Satuan Polisi Pamong Praja, TNI, dan Polri.

RSD COVID-19 di Hotel Grand Inn dilengkapi dengan 50 tempat tidur pasien. "Untuk fasilitas kami samakan juga dengan dua RSD COVID-19 sebelumnya, antara lain berbagai perlengkapan alat pelindung diri (APD), serta infrastruktur pencegahan COVID-19," kata Mahfuddin.

Ia mengatakan bahwa dua sampai tiga pasien yang akan masuk ke RSD COVID-19 Hotel Grand Inn merupakan penderita COVID-19 tanpa gejala yang sebelumnya menjalani isolasi mandiri di rumah.

Mereka dipindahkan ke RSD karena kondisi rumah mereka dinilai tidak layak menjadi tempat isolasi mandiri.

"Kriteria rumah pasien COVID-19 yang dinilai tidak layak untuk isolasi mandiri antara lain dalam rumah tersebut terdapat lanjut usia, balita; rumah tidak memiliki pencahayaan dan sirkulasi udara yang cukup; serta tidak memiliki toilet sendiri pada satu ruang isolasi. Jadi disarankan isolasi terpusat," kata Mahfuddin.

Ia menjelaskan pula bahwa pemerintah kota menambah jumlah rumah sakit darurat untuk penanganan COVID-19 agar bisa memindahkan pasien yang menjalani isolasi mandiri di rumah ke fasilitas isolasi terpusat.

Pemindahan pasien yang menjalani isolasi mandiri di rumah ke fasilitas isolasi terpusat dilakukan supaya pasien lebih mudah mengakses pelayanan kesehatan, kondisi pasien bisa dipantau oleh tenaga kesehatan, dan risiko penularan virus di lingkungan keluarga bisa diminimalkan.

Menurut data Dinas Kesehatan, saat ini ada 132 pasien COVID-19 dengan gejala ringan atau tanpa gejala yang menjalani isolasi mandiri di Kota Mataram.