Mataram (ANTARA) - Lombok Sharia Festival (LSF) 2021 merupakan embrio untuk mewujudkan Nusa Tenggara Barat sebagai pusat busana muslim nasional, kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi NTB Hj Niken Saptarini Widyawati Zulkieflimansyah di Mataram, Jumat.
"Hal itu sejalan dengan target Pemerintah Indonesia menjadi salah satu pusat busana muslim dunia," katanya pada jumpa pers LSF 2021 yang dilaksanakan oleh Hijabers Mom Community (HMC) Lombok dengan tema "Iring Sasambo Tenun" pada 8-10 Oktober 2021 dan menyiapkan 46 stan pameran, di Lombok Epicentrum Mall, Kota Mataram.
Terkait dengan itu, lanjut Hj Niken, para pemangku kepentingan harus mengambil peran dan peluang tersebut sebagai upaya mendukung target nasional, dan NTB menjadi salah satu titik yang dapat mewujudkan hal tersebut.
"Kita memiliki potensi alam salah satunya hasil kerajinan tenun yang bisa menjadi bahan dasar mewujudkan NTB sebagai salah satu titik produksi busana muslim nasional," katanya.
Dikatakan, NTB memiliki potensi tenun dengan kualitas sangat baik dan beragam, didukung dengan potensi objek pariwisata yang indah sehingga hal itu sejalan dengan target wisata halal NTB.
Karena itu, kegiatan HMC Lombok melalui LSF 2021, menjadi contoh kepedulian, perhatian dan dukungan terhadap potensi daerah serta berinisiatif menggelar kegiatan ini sekaligus ajang promosi tenun produksi pengrajin lokal NTB.
"Kami memberikan apresiasi terhadap kegiatan LSF ini dan siap memberikan dukungan dengan harapan kegiatan ini bisa menumbuhkan optimisme bangkit di tengah pandemi COVID-19, peningkatan ekonomi masyarakat dengan tetap menerapkan protokol kesehatan," katanya.
Sementara itu Ketua HMC Indonesia Irna Mutiara mengatakan, dalam proses pembuatan busana muslim berbahan baku tenun khususnya tenun NTB, pihaknya menerapkan prinsip "zero waste".
"Artinya, dalam proses pembuatan menjadi busana muslim tidak ada kain tenun yang dibuang. Semua kita gunakan," katanya.
Hal itu sebagai salah satu bentuk perhatian terhadap para pengjarin yang dengan sabar menenun helai demi helai benang untuk menjadi satu karya tenun khas NTB.
"Sayang jika kain tenun yang dikerjakan dalam waktu lama, kita buang. Karena itu kita mengajak para desainer yang hadir saat ini juga bisa menerapkan zero waste," katanya.