Lima perawat NTB memperkuat kemampuan bahasa sebelum ke Jerman

id BP2MI NTB,Pekerja Migran Indonesia,G to G Jerman

Lima perawat NTB memperkuat kemampuan bahasa sebelum ke Jerman

Seorang peserta mengikuti seleksi wawancara program G to G Jerman yang difasilitasi oleh UPT BP2MI NTB. (ANTARA/HO-BP2MI)

Mataram (ANTARA) - Unit Pelaksana Teknis Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (UPT BP2MI) Nusa Tenggara Barat memfasilitasi pelatihan bahasa bagi lima orang perawat yang lulus seleksi sebagai calon pekerja migran Indonesia melalui program G to G ke Jerman.

Kepala UPT BP2MI NTB Abri Danar Prawaba, di Mataram, Rabu, mengatakan para calon pekerja migran itu akan mengikuti program pelatihan bahasa Jerman selama sembilan bulan yang dimulai pada 10 Januari 2022.

"Pelatihan bahasa Jerman akan dilaksanakan oleh The Goethe Institute Indonesia dan dilakukan secara daring sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bundesagentur fur Arbeit," katanya.

Ia mengatakan kelima perawat tersebut bisa mengikuti pelatihan penguatan bahasa setelah lulus seleksi wawancara program G to G Jerman secara virtual yang digelar pada Desember 2021.



Seleksi wawancara secara virtual yang difasilitasi oleh BP2MI NTB tersebut diikuti oleh 10 orang perawat yang mendaftar sebagai calon pekerja migran Indonesia melalui program G to G Jerman.

Abri Danar menjelaskan program G to G Jerman merupakan sebuah program baru dan menjadi peluang baru juga bagi CPMI, khususnya bagi tenaga perawat. Sebab, Jerman sangat membutuhkan tenaga perawat untuk bekerja di rumah sakit dan perawat orang lanjut usia (lansia).

"Sebelumnya memang telah ada program sejenis, yakni program G to G ke Jepang, khususnya untuk tenaga perawat," ujarnya.

Menurut dia, dengan adanya penempatan perawat ke Jepang dan Jerman membuktikan bahwa calon pekerja migran Indonesia asal NTB tidak hanya bekerja untuk sektor pekerjaan yang rendah keahlian saja, melainkan juga keahlian tinggi.

NTB, kata Abri Danar, memiliki potensi calon pekerja migran Indonesia dengan keahlian yang memenuhi standar di negara-negara maju, hanya saja belum maksimal dalam pengelolaannya.

"Kami akan terus melakukan penguatan skema penempatan yang menciptakan pekerja migran Indonesia trampil dan profesional sesuai dengan sembilan program prioritas BP2MI," katanya.*