Praya, Lombok Tengah (ANTARA) - Pemerintah Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) telah mulai melakukan perbaikan jambatan yang rusak di Dusun Pemoles Desa Batujangkih, Kecamatan Praya Barat Daya di daerah setempat, setelah sebelumnya tidak bisa dilewati karena rusak diterjang air sungai.
"Progres perbaikan jamabatan Pemoles tersebut kurang dari 10 persen, karena baru dimulai," kata Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Lombok Tengah Lalu Rahadian di kantornya di Praya, Rabu.
Anggaran yang dibutuhkan untuk pembangunan jambatan tersebut sekitar Rp1 Miliar, namun dana yang baru diberikan itu sekitar Rp300 juta, sehingga pihaknya telah melakukan desain ulang sesuai dengan anggaran yang tersedia.
"Intinya jambatan itu telah mulai dikerjakan dan ditargetkan tuntas tahun ini, sehingga bisa dilewati oleh masyarakat," katanya.
Untuk mempercepat perbaikan jambatan tersebut, pihaknya telah menurunkan alat berat dan beberapa material seperti semen, pasir dan batu. Selain itu, semua Aparatur Sipil Negara (ASN) sesuai arahan dari Bupati Lombok Tengah, akan diturunkan untuk membantu dalam pembangunan jambatan tersebut.
"Pemerintah daerah akan menggelar kegiatan sambang desa untuk membatu pembangunan jambatan tersebut," katanya.
Ia juga mengatakan, perbaikan tidak hanya dilakukan untuk pembangunan jambatan, namun drainase di kiri dan kanan jalan menuju jambatan akan dibuatkan, sehingga ketika terjadi hujan jalan tidak terkikis seperti yang terjadi saat ini. Arus sungai di wilayah setempat memang cukup deras, sehingga jalan sementara yang telah terbangun juga rusak ketika hujan turun.
Oleh sebab itu, jambatan tersebut akan dibangun setinggi 5 meter, sehingga air sungai tidak meluap ketika terjadi hujan lebat.
"Jambatan itu dibangun setinggi 5 meter, supaya air sungai tidak meluap ke jalan," katanya.
Untuk diketahui, Jambatan tersebut merupakan akses jalan masyarakat yang menghubungkan Desa Batujangkih dengan Desa Montong Sapah. Jalan tersebut rusak parah, sehingga akses keluar masuk warga di dusun tersebut terganggu, sehingga tidak jarang warga maupun anak-anak yang pergi bekerja dan sekolah harus melewati sungai.