Jakarta (ANTARA) - Desainer Ivan Gunawan memandang pentingnya berbagai pemangku kepentingan, termasuk para desainer serta dukungan pemerintah, untuk menyiapkan rencana jangka panjang jika hendak membawa busana muslim Indonesia ke kancah internasional.
“Jadi memang (kalau) kita mau ke luar negeri, mantapkan dulu planning-nya, rencana jangka panjangnya, marketing-nya seperti apa,” kata Ivan dalam acara “Road To Jakarta Muslim Fashion Week” di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Selasa.
Rencana-rencana itu di antaranya termasuk membangun jaringan komunikasi pemasaran (marketing) yang baik ke luar negeri. Ivan mengatakan strategi pemasaran ini dapat membawa dampak yang besar. Tim pemasaran, lanjutnya, berfungsi untuk menjadi penghubung para desainer tanah air untuk dapat memasarkan produk ke para pembeli (buyers) di luar negeri, seperti selebriti hingga toko multi-brand.
“Di luar sana itu tidak ada toko (toko fisik). Jadi memang hanya naruh baju, bayar public relationship, sudah itu bajunya dipakai sama selebriti. Mungkin efeknya untuk di tanah air, baju itu ada gengsinya,” kata Ivan.
Ia mengatakan para desainer sebetulnya tidak keberatan mengeluarkan uang untuk investasi ke luar negeri, akan tetapi Ivan juga menekankan bahwa desainer membutuhkan dukungan pemerintah dalam hal edukasi ekspor produk.
Ivan mencontohkan bagaimana Thailand telah mendukung dan memberikan edukasi kepada para desainernya tentang cara-cara berbisnis fesyen di skala global yang sudah dimulai sejak 10 tahun lalu.
Baca juga: Wonderful NTB Fashion Week mengangkat kearifan lokal karya UMKM
Baca juga: Wonderful NTB Fashion Week digelar di CFD Mataram
Sementara itu, Chairwoman Jakarta Fashion Week (JFW) Svida Alisjahbana menambahkan bahwa posisi buyers sangat penting dalam kelangsungan bisnis fesyen di kancah global. Sebelum jenama lokal memasuki pasar global hendaknya harus mengetahui terlebih dahulu pasar yang akan dihadapi, seperti London, Paris, New York, hingga Milan.
“Paris itu buyers-nya datang dari seluruh dunia. Ketika buyers ini datang mereka juga tentunya mempunyai multiplayers, memberikan harga MSRP-nya beda sama kita kalau manufacturer suggested retail price-nya. Jadinya antara production cost kita ke whole sale, ke MSRT, itu beda. Nah, kita mesti pintar ngomongnya, kalau enggak kita kehilangan kesempatan,” kata Svida.
Jika fesyen Indonesia hendak masuk ke pasar internasional, Svida menilai bahwa Paris menjadi pintu masuk yang patut untuk dipertimbangkan mengingat buyers potensial berkumpul di kota tersebut selama Paris Fashion Week.
“Di manakah kita mulai? Paris, menurut saya, karena semua buyers dari kota-kota negara Islam di dunia akan berkumpul di Paris. Apakah itu (buyers) dari Afrika, dari Timur Tengah, dan Asia Tenggara, semuanya ke Paris Fashion Week,” katanya.