SATPOL PP TANGKAP LIMA ANAK "PUNK" MATARAM

id

     Mataram, 13/3 (ANTARA) - Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Nusa Tenggara Barat menangkap lima orang anak muda berperilaku anak "punk" yang beraksi di Cakranegara, Kota Mataram, Selasa.
     "Kami terpaksa menangkap kelima orang anak 'punk' itu karena melakukan perbuatan yang meresahkan masyarakat. Mereka memalak orang di jalan disertai ancaman," kata Kepala Satuan Polisi (Satpol) Pamong Praja (PP) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Ibnu Salim, sesaat setelah menangkap kelima orang anak "punk" itu.
     Kelima anak "punk" yang ditangkap itu terdiri dari dua orang pria dan tiga orang wanita. Kedua pria itu yakni RH (19) dan ZA (19) yang berasal dari Sekarbela, Kota Mataram, sementara ketika wanita itu masing-masing FR (19), RG (16) dan GC (24), yang berasal dari Pulau Sumbawa.
     Kelompok anak muda itu mengenakan atribut dan menunjukkan tingkah laku anak "punk" seperti potongan rambut "mohawk" ala suku indian, atau dipotong ala "feathercut" dan diwarnai dengan warna-warna yang terang.
     Baju mereka lusuh pertanda anti kemapanan, anti sosial, dan melakukan tindakan kriminal  kelas rendah, dan dilaporkan sering menggangu pengguna lalu lintas di salah satu jalan utama di Kota Mataram itu.
     Ibnu mengatakan, kelima anak "punk" itu terpaksa ditangkap untuk dilakukan pembinaan sesuai laporan masyarakat.
     "Mereka memalak orang yang lewat, kalau tidak diberi mobil orang dicoret pakai paku atau benda keras lainnya. Intinya masyarakat resah, makanya ditangkap untuk dibina," ujarnya.
     Dalam menertibkan anak "punk" itu, kata Ibnu, pihaknya bekerja sama dengan Satpol PP Kota Mataram.
     Kepala Satuan Pol PP Kota Mataram Chaerul Anwar, mengatakan, sebelum ditangkap kelompok anak "punk" itu diberi peringatan dan diminta membubarkan diri, agar tidak menggangu kenyamanan hidup warga masyarakat lainnya.    
     "Kalau sudah berkali-kali ditegur masih juga ada, ya ditangkap dan dibina, kemudian dipulangkan ke daerah asalnya. Ada yang dari Jawa dan Bali. Tahun lalu kami pulangkan 11 orang ke Jawa dan Bali, serta daerah lainnya," ujarnya. (*)