Mataram (ANTARA) - Penjualan kerajinan ketak di Gunungsari, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, Rabu, sepi pembeli yang diduga sebagai dampak dari kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Irpan, pedagang kerajinan ketak, mengaku saat ini pembeli berkurang seiring dengan kenaikkan harga BBM, sehingga berpengaruh kepada pendapatan setiap harinya.
“Dengan naiknya harga BBM ini pengunjung sekarang ini sepi dan penghasilan kita juga tidak menentu, yang biasanya satu hari bisa dapat Rp1.000.000 sampai Rp2.000.000, saat ini hanya ratusan ribu rupiah,” katanya.
Akibatnya, kata dia, para perajin saat ini berpikir ulang untuk menaikkan harganya meski bahan bakunya terpengaruh dengan kenaikan biaya transportasi.
"Setelah naiknya harga BBM, kita juga menaikkan harganya sedikit. Tapi orang beli tidak mau, hingga kami serba salah," katanya.
Demikian halnya dengan Hj Saleh yang mengatakan, harga kerajinan ketak tidak mengalami perubahan sama sekali antara sebelum atau sesudah kenaikkan harga BBM.
“Di waktu kenaikan harga BBM ini kita tidak bisa menaikkan harga barangnya, malahan tambah turun. Karena banyak teman-teman juga yang jualan, jadinya tidak ada artinya kalau kita naikkan harganya,” katanya.
Berita Terkait
Desa devisa dibentuk di Lombok Tengah
Rabu, 8 Mei 2024 11:14
Kemenperin menggelontorkan Rp20 miliar bangun sentra kerajinan ketak
Kamis, 30 Desember 2021 14:42
NTB menyiapkan sentra bahan baku kerajinan ketak di Pulau Sumbawa
Rabu, 17 November 2021 8:51
NTB mengekspor dua kontainer kerajinan tas ketak ke Arab Saudi
Rabu, 17 November 2021 8:50
UMK binaan Pertamina memanfaatkan WSBK promosi kerajinan rotan Lombok
Selasa, 9 November 2021 20:58
Pemprov NTB memfasilitasi pembuatan HAKI empat kriya unggulan daerah
Senin, 1 Maret 2021 22:06
Pengusaha perempuan siap kirim kerajinan ketak Lombok ke Korea
Selasa, 22 Desember 2020 20:42
KERAJINAN ANYAMAN KETAK
Kamis, 11 Agustus 2011 16:09