Sektor pariwisata mendongkrak pertumbuhan ekonomi NTB hingga 7,10 persen

id BPS NTB,Pertumbuhan Ekonomi,Sektor Pariwisata

Sektor pariwisata mendongkrak pertumbuhan ekonomi NTB hingga 7,10 persen

Para wisatawan mancanegara turun dari kapal cepat di dermaga Pelabuhan Gili Trawangan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. (ANTARA/Awaludin)

Mataram (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi Nusa Tenggara Barat (NTB) pada triwulan III 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 7,10 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) sebagai dampak dari semakin membaiknya sektor pariwisata.

"Pertumbuhan terjadi pada 16 lapangan usaha, sedangkan satu lapangan usaha lainnya mengalami kontraksi," kata Ahli Madya BPS NTB Arrief Chandra Setiawan, di Mataram, Selasa.

Ia mengatakan dari sisi lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan signifikan adalah penyediaan akomodasi dan makan minum sebesar 38,79 persen.

Lapangan usaha tersebut mengalami pertumbuhan tinggi karena jumlah tamu menginap di hotel yang meningkat sebesar 85,42 persen dan rata-rata tingkat penghunian kamar meningkat 19,64 persen pada triwulan III 2022 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Selain itu, kata Arrief, pertumbuhan tersebut sebagai dampak longgarnya pembatasan masyarakat yang meningkatkan aktivitas dan permintaan terhadap penyediaan makan dan minum.

"Beberapa ajang kuliner juga banyak diselenggarakan pada triwulan III 2022 ini," ujarnya.

Ia menyebutkan pertumbuhan ekonomi NTB dari sektor lapangan usaha lainnya adalah transportasi dan pergudangan yang tumbuh sebesar 26,53 persen, serta pertambangan dan penggalian sebesar 23,68 persen.

Selanjutnya lapangan usaha jasa lainnya tumbuh 14,22 persen, pengadaan listrik dan gas tumbuh 12,94 persen, administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib tumbuh 8,09 persen, dan jasa perusahaan juga tumbuh 8,02 persen.

"Sementara itu satu lapangan usaha lainnya yang terkontraksi yaitu konstruksi sebesar 4,68 persen," ucap Arrief.

Sementara dari sisi pengeluaran, kata dia, pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen ekspor yang tumbuh sebesar 34,54 persen. Produk yang banyak diekspor adalah hasil tambang berupa konsentrat tembaga.

Selanjutnya komponen pengeluaran konsumsi Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) dan komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) yang masing-masing tumbuh 6,41 persen dan 4,34 persen.

"Sementara itu komponen impor LN yang merupakan pengurang dalam produk domestik regional bruto menurut pengeluaran mengalami pertumbuhan sebesar 15,60 persen," kata Arrief.