Mataram, 12/12 (ANTARA) - Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) mengembangkan aplikasi basis data peternakan di wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) berbasis geospasial, sebagai wujud implementasi penguatan Sistem Inovasi Daerah (SIDa) berbasis kawasan fokus dalam bidang peternakan.
"Aplikasi basis data peternakan ini meliputi pemetaan sebaran lokasi sumber pakan ternak, potensi limbah untuk bahan baku pakan, dan sebaran data spasial ternak yang meliputi jumlah, usia, jenis penyakit, harga ternak sapi serta RPH (Rumah Potong Hewan) berikut kapasitasnya," kata Deputi Bidang Pendayagunaan Iptek Kemristek Idwan Suhadi, pada panen pedet (anak sapi) di Balai Inseminasi Buatan (IB) Banyumulek, Kecamatan Kediri, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu.
Panen pedet itu dihadiri Menteri Pertanian (Mentan) Suswono, Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi, dan pejabat terkait lainnya, termasuk sejumlah pimpinan perusahaan yang bergerak di bidang permodalan.
Panen pedet itu merupakan bagian dari program NTB Bumi Sejuta Sapi (NTB-BSS) sebagai salah satu program unggulan Gubernur NTB TGH M Zainul Majdi, dan Wakil Gubernur NTB H Badrul Munir, sekaligus tindak lanjut dari Program Swasembada Daging Sapi/Kerbau (PSDS/K) 2014 yang dicanangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Terkait pengembangan program NTB-BSS itu, Pemprov NTB menjalin kerja sama dengan Kemristek, dalam bentuk penguatan SIDa berbasis kawasan fokus dalam bidang peternakan.
Implementasinya yakni transfer teknologi IB Sexing, pengolahan daging, pembuatan pakan (makanan ternak) awetan, pembuatan pakan silase dan database peternakan.
Program SIDa sebagai bagian dari program pendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) itu, diluncurkan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Gusti Muhammad Hatta, 25 Februari 2012.
Dalam MP3EI Kementerian Ristek berkewajiban mengembangkan iptek dan SDM sesuai keunggulan lokal, dan NTB berada pada Koridor V yang menekankan pengembangan pariwisata dan ketahanan pangan.
SIDa merupakan upaya pemberdayaan iptek dan inovasi berdasarkan keunggulan lokal, sebagai salah satu cara untuk mendorong produktifitas masyarakat, sehingga diharapkan akan memperkuat pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.
Idwan mengatakan, dengan menggunakan aplikasi basis data itu, nantinya dapat memonitor kondisi ternak sapi dan pergerakannya.
"Oleh karena itu, pemerintah daerah dapat membantu melengkapi data-data yang diperlukan agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar lagi," ujarnya.
Menurut dia, program SIDa sebagai pendukung NTB-BSS itu, menegaskan kembali kesiapan teknologi dari hulu sampai hilir, meskipun harus diakui bahwa keberhasilan dalam pendayagunaan iptek baru dalam skala kecil.
"Memang perlu dukungan dan komitmen bersama yang lebih besar lagi agar program dan kegiatan ini dapat berkelanjutan, agar nantinya keberhasilan SIDa di NTB dapat dijadikan contoh bagi daerah lain," ujarnya.
Menurut dia, penguatan SIDa diharapkan dapat mengintermediasi dan merangsang pemerintah daerah agar mampu menumbuhkan sumber daya iptek secara efektif dan efisien, serta mengembangkan sinerginya dengan pasar, perkembangan sektor produksi, serta iklim usaha yang kompetitif di daerah masing-masing.
Kemristek mengkawatirkan permasalahan tingkat konsumsi daging sapi yang tidak diimbangi dengan ketersediaan yang mampu mencukupi kebutuhan, sehingga menyebabkan langkanya pasokan daging di pasaran.
Kelangkaan daging sapi di beberapa daerah saat ini, menyebabkan kenaikan harga pada Januari-November 2012 sebesar 13 persen. Lebih tinggi dibandingkan kenaikan harga daging sapi pada 2011 yakni sebesar 5,8 persen.
Kemristek merujuk pada Komite Daging Sapi (KDS) yang memperkirakan harga daging sapi akan terus bergejolak pada 2013. Diproyeksikan akan menembus Rp120 ribu/kilogram.
KDS GKI Jakarta menyatakan kenaikan harga daging sapi dipicu oleh turunnya pasokan daging sapi akibat kuota impor daging sapi turun 13,04 persen, dibanding tahun sebelumnya. (*)