Menaker RI ajak Asia Pasifik mendorong pemulihan berpusat pada manusia

id Menaker ida fauziyah,ILO,organisasi perburuhan internasional,pemulihan berpusat pada manusia,pemulihan pasar tenaga kerj

Menaker RI ajak Asia Pasifik mendorong pemulihan berpusat pada manusia

Menteri Ketenagakerjaan Indonesia Ida Fauziyah menyampaikan pidato nasional dalam Pertemuan Regional ke-17 ILO Asia Pasifik di Singapura, Rabu (7/12/2022). (ANTARA/Yashinta Difa)

Singapura (ANTARA) - Menteri Ketenagakerjaan Indonesia Ida Fauziyah mengajak negara-negara di kawasan Asia Pasifik untuk mendorong upaya pemulihan yang inklusif dan berpusat pada manusia, sesuai dengan kampanye Organisasi Perburuhan Internasional (ILO).
 

Menurut dia, upaya tersebut penting dilakukan agar kawasan bisa pulih dari pandemi COVID-19, yang paling dirasakan dampaknya oleh kelompok rentan. “Sudah waktunya bagi Asia Pasifik untuk bangkit bersama dengan suara yang lebih kuat dan setara untuk merespons ketegangan ini… dengan memajukan kerja sama, solidaritas, keadilan sosial, dan semangat kemanusiaan,” kata Ida ketika menyampaikan pidato nasional mewakili Indonesia dalam Pertemuan Regional ke-17 ILO Asia Pasifik di Singapura, Rabu.

Untuk mendorong produktivitas dan mewujudkan pemulihan yang berpusat pada manusia, kata dia, negara-negara di Asia Pasifik perlu melakukan empat prioritas utama berdasarkan pengalaman Indonesia serta diskusi dan praktik di tingkat internasional.
 

Pertama, negara-negara di kawasan Asia-Pasifik perlu melanjutkan investasi pada pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan melalui percepatan pengembangan keterampilan dan pembelajaran sepanjang hayat.

Menaker mengatakan bahwa investasi pada pengembangan keterampilan akan membantu mempersiapkan tenaga kerja, khususnya bagi pemuda, perempuan, pekerja di sektor informal, penyandang disabilitas, dan pekerja migran untuk menghadapi ketidakpastian di dunia kerja di masa mendatang. "Dan salah satu strategi inisiatif yang relevan di kawasan Asia Pasifik yang mungkin sesuai adalah pendekatan pelatihan vokasi berbasis masyarakat," ujar dia.

Kedua, negara-negara di kawasan Asia Pasifik perlu membuat kerangka kelembagaan untuk mendukung transisi ke formalitas dan pekerjaan yang layak. Ida menyatakan bahwa saat ini pekerjaan informal dan pekerja di sektor informal memiliki kesempatan yang terbatas untuk memperoleh pekerjaan yang layak.

Transisi ke formalitas dan pekerjaan yang layak, tutur dia, dapat dilakukan melalui penyediaan fasilitas dan mendorong formalisasi, misalnya melalui penyederhanaan pendaftaran, insentif, peningkatan kesadaran, serta dukungan keuangan dan teknis.

Ketiga, negara-negara di Asia Pasifik perlu membangun pondasi yang kuat untuk perlindungan sosial dan pekerjaan. "Perlindungan sosial dan ketenagakerjaan yang komprehensif, memadai, dan efektif merupakan pilar utama pertumbuhan yang inklusif. Mereka juga berkontribusi untuk memastikan pasar kerja yang berkelanjutan, adil, dan inklusif, serta mendorong ketahanan yang lebih besar dalam perekonomian kita," kata dia.

Baca juga: Pertemuan para Menaker G20 hasilkan lima dokumen kesepakatan
Baca juga: Indonesia ajak G20 buka pasar kerja penyandang disabilitas

Keempat, negara-negara Asia Pasifik juga perlu memperkuat multilateralisme untuk mempromosikan agenda yang berpusat pada manusia. Ida meminta ILO agar mendukung negara-negara Asia Pasifik untuk melakukan prioritas utama tersebut. Ia juga meminta negara-negara di kawasan agar bergandengan tangan dalam mengatasi tantangan global dunia ketenagakerjaan.

"Indonesia siap bekerja sama dengan negara-negara lain di kawasan Asia-Pasifik, dan melalui dialog sosial untuk menciptakan kondisi terbaik bagi pemerintah, pekerja, dan pengusaha kita," kata dia.