AKIBAT "OVERFISHING" TANGKAPAN CUMI-CUMI NTB MEROSOT

id

Mataram, 25/4 (ANTARA) - Hasil tangkapan cumi-cumi di Nusa Tenggara Barat (NTB) terus merosot antara lain akibat penangkapan secara tidak terkendali (overfishing) hingga tahun 1990-an terutama di perairan laut Selat Alas yang menghubungkan Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.

Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Tangkap, Dinas Kelautan dan Perikanan NTB, Ir Sunardi Harjo, kepada wartawan di Mataram, Sabtu, mengatakan, puluhan tahun lalu Selat Alas merupakan wilayah penangkapan cumi-cumi terbesar di daerah ini dan saat itu penangkapan dilakukan secara tidak terkendali.

"Sejak beberapa tahun ini hasil tangkapan cumi-cumi terus berkurang. Ini antara lain disebabkan penangkapan yang tidak terkendali," katanya.

Jadi, menurut dia, berkurangnya tangkapan cum-cumi itu bukan akibat "tailing" (limbah tambang) PT Newmont Nusa Tenggara (NNT).

Musim panen cumi-cumi bagi nelayan di Sumbawa hanya berlangsung selama Oktober sampai Maret dengan puncak musim terjadi pada November.

Selama musim panen setiap bulannya para nelayan bisa menangkap sekitar 104 ton cumi-cumi.

Karena itu, di Desa Labuan Lalar, Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB), dan Desa Tanjung Luar, Lombok Timur, tumbuh usaha pengasinan cumi-cumi. Usaha tersebut kini tidak ada lagi karena tidak ada cumi-cumi.

Sehubungan dengan kian berkurangnya hasil tangkapan cumi-cumi di NTB, para nelayan asal Tanjung Luar dan Labuan Lalar menangkap cumi-cumi di Selura, Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Hasil tangkapan mereka kemudian dibawa pulang untuk diasinkan.

Menurut Sunardi, untuk meningkatkan kembali produksi dan hasil tangkapan cumi-cumi tersebut sejak beberapa tahun dilakukan terobosan dengan cara membudidayakan menggunakan "atraktor", yakni sejenis rumpon yang dirancang dengan desain menyerupai kelopak bunga berdiameter 120 cm dan tinggi 40 cm.

Agar cumi-cumi betah berada di dalam atraktor ditempatkan serabut-serabut dari tali agar mirip tumbuhan laut, tempat cumi-cumi biasa meletakkan telurnya. Di bagian atas atraktor ditutup dengan plastik hitam agar kondisi di dalam rumpon gelap tak tersentuh cahaya matahari.

Hingga kini atraktor tersebut telah pasang di dua tempat di Lombok Timur dan ternyata cukup berhasil, terbukti pada musim panen mulai ada cumi-cumi kendati tidak sebanyak puluhan tahun lalu.(*)