Mataram, (Antara Mataram) - Petani pengelola hutan kemasyarakatan Santong, Kabupaten Lombok Utara, akan meremajakan tanaman kopi jenis arabika dengan sistem sambung untuk meningkatkan produksi tanaman yang sudah berumur belasan tahun tersebut.
Ketua Koperasi Tani Hutan Maju Bersama Santong H Artim Yahya di Tanjung, Kamis, mengatakan kopi jenis arabika tersebut ditanam tahun 1997, ketika hutan kemasyarakatan (HKM) mulai dibuka, namun saat ini tanaman kopi itu kurang produktif.
"Karena itu kami akan meremajakan tanaman kopi dengan sistem sambung. Pohon kopi yang ada akan kita sambung dengan pucuk kopi yang diambil dari perkebunan kopi di Monggal, Kecamatan Gangga, yang kualitasnya cukup baik," katanya.
Ia mengatakan, luas lahan HKM di Santong 221 hektare, sekitar 100 hektare di antaranya berisi tanaman kopi jenis arabika, selama ini produksinya relatif sedikit, rata-rata hanya 25 kilogram per pohon padahal umur tanaman sudah mencapai belasan tahun.
"Produktivitas kopi arabika yang dikelola petani HKM Santong saat ini relatif rendah, yakni rata-rata hanya 25 kilogram per pohon padahal umur tanaman sudan mencapai belasan tahun. Karena itu kami akan mengembangkan kopi sambung," ujarnya.
Kopi sambung merupakan kegiatan "rejuvenasi" kopi atau sambung pucuk dengan memanfaatkan tunas muda pada kopi agar produksinya meningkat. Ini sekaligus sebagai upaya peremajaan tanaman kopi yang tidak produktif.
Ia mengatakan, pihaknya akan menyambung batang tanaman kopi arabika yang ada sekarang dengan pucuk kopi jenis robusta yang kualitasnya baik dan produktivitasnya tinggi.
"Kami akan memanfaatkan pucuk kopi dari Monggal untuk menyambung tanaman kopi yang ada sekarang. Menurut hasil uji coba kopi sambung produksinya tinggi mencapai rata-rata 50 kg per pohon atau dua kali lipat dari produksi tanaman kopi yang ada sekarang," kata Artim.
Dia mengatakan, produktivitas kopi petani di HKM Santong saat ini rata-rata 300 kg per hektare. Sementara kopi sambung pada umur lima tahun bisa menghasilkan 900 kg hingga 1 ton sekali panen setiap tahun.
Karena itu, katanya, para petani HKM Santong tertarik untuk mengembangkan kopi dengan teknik sambung tersebut mengingat hasilnya bisa mencapai tiga kali lipat dari yang mereka hasilkan sekarang.
Menurut Artim, pengembangan kopi sambung itu akan dilakukan setelah panen kopi tahun ini. Para petani sudah siap melaksanakan penyambungan kopi dan mereka telah mengetahui teknik penyambungan yang baik dan benar.
"Saat ini setiap panen kami hanya mendapatkan paling banyak 10 karung kopi sambung, sementara kopi sambung yang telah berumur lima tahun hasilnya diperkirakan mencapai 120 karung per tahun," kata Artim Yahya.