Mataram (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, menargetkan 50 kelurahan di daerah itu bisa melaksanakan pengolahan sampah melalui budi daya maggot untuk mengurangi sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mataram M. Kemal Islam di Mataram, Senin, mengatakan dari 50 kelurahan di daerah tersebut saat ini sudah sekitar 15 kelurahan melaksanakan program pengolahan sampah melalui budi daya maggot. "Harapan kami, tahun ini semua kelurahan bisa melaksanakan program serupa sebagai salah satu upaya mengurangi sampah yang dibuang ke TPA," katanya.
Kemal yang didampingi Kepala Bidang (Kabid) Persampahan DLH Kota Mataram Vidi Partisan Yuris Gamanjaya menyebutkan beberapa kelurahan yang sudah melaksanakan pengolahan sampah dengan budi daya maggot, antara lain Pejeruk, Banjar, Rembiga, Monjok Timur, Punia, Bertais, Babakan, Turide, Selagalas, Mandalika, Dasan Cermen, Abian Tubuh Baru, dan Saptamarga.
Selain pengembangan di tingkat kelurahan juga dilakukan seperti di Kantor Camat Sandubaya, Sekarbela, dan Mataram Maggot Center (MMC) Ampenan Utara. Ia mengatakan kelurahan yang akan menyusul akan melakukan pengolahan sampah melalui budi daya maggot, meliputi Karang Pula, Kekalik Jaya, Ampenan Selatan, dan Dasan Agung. "Untuk mulai mengembangkan maggot, empat kelurahan tersebut sudah masuk daftar untuk belajar di MMC Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kebon Talo," katanya.
Ia menilai penanganan sampah melalui budi daya maggot efektif mengurangi sampah, terutama sampah organik dari rumah tangga berupa sisa makanan, sayur, dan buah. "Sisa-sisa makanan dari sampah rumah tangga itu diolah menjadi pakan maggot. Bahkan dalam sehari di TPST Sandubaya bisa mengolah hingga 2 ton sampah rumah tangga jadi pakan maggot. Itu pun masih kurang," katanya.
Baca juga: DLH Mataram menyiapkan konsep revitalisasi RTH Selagalas
Baca juga: Pemkot Mataram segera menata median sepanjang Jalan Udayana
Artinya, apabila 50 kelurahan di Mataram bisa melaksanakan budi daya maggot maka ke depan sampah rumah tangga tidak lagi di buang ke TPA akan tetapi akan habis diolah menjadi pakan maggot. "Sementara nilai jual dari maggot saat ini cukup tinggi yakni Rp6.000-Rp7.000 per kilogram dan permintaan tinggi terutama untuk pakan ikan dan unggas," katanya.
Terkait dengan itu, DLH terus melakukan sosialisasi ke aparat kelurahan dan siap melakukan pendampingan bagi kelurahan yang akan melaksanakan pengolahan sampah dengan budi daya maggot. "Kita juga akan berikan bantuan bibit dan pakan. Setelah panen, kelurahan bisa jual sendiri atau jual ke kami di MMC," katanya.
Berdasarkan data DLH Kota Mataram sebelumnya, volume sampah di Mataram setiap hari mencapai sekitar 250-260 ton, tetapi yang bisa terangkut ke TPA sekitar 200 ton. "Namun kini, sampah yang dibawa ke TPA terus berkurang hingga mencapai sekitar 25 ton, sehingga sampah yang dibuang ke TPA sekitar 175 ton per hari, karena adanya program pilah sampah dari rumah dan budi daya maggot," katanya.
Berita Terkait
PLN EPI buat program kelola sampah jadi peluang ekonomi
Senin, 18 November 2024 5:14
DLH Mataram siap olah maggot menjadi pakan ikan air tawar
Sabtu, 19 Oktober 2024 17:13
TPST Sandubaya Mataram mampu produksi 20 ton magot
Kamis, 10 Oktober 2024 22:41
TPST Sandubaya Mataram berdayakan 90 persen pekerja lokal
Kamis, 10 Oktober 2024 22:40
DLH Mataram jalin kerja sama gali potensi pendapatan dari pengangkutan sampah
Kamis, 10 Oktober 2024 15:40
Uji coba limbah bekas pakan maggot jadi bahan bakar padat di Mataram
Rabu, 14 Agustus 2024 14:49
Budidaya maggot bisa diintegrasikan dengan lele
Rabu, 3 Juli 2024 17:28
DLH Mataram: Sampah MXGP 2024 diarahkan ke TPST modern
Senin, 1 Juli 2024 14:51