Yogyakarta (ANTARA) - Plt Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Frans Teguh meminta tidak ada lagi kasus wisatawan mancanegara maupun lokal yang komplain dengan kearifan lokal seperti yang terjadi di Bali.
"Saya kemarin mendapat informasi. Ini sebetulnya karena euforia berlebihan karena banyak wisatawan yang datang sekarang ke Bali, tapi rupanya mereka sudah mulai komplain. Wisatawan komplain sama daerah, sama destinasi. Ini terbalik-balik," kata Frans Teguh dalam Destination Management Forum (DMF) seri #4 di Yogyakarta, Kamis.
Seperti diwartakan, sebanyak 17 wisatawan mancanegara mengirimkan petisi ke Kantor Camat Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, yang berisi komplain atas suara kokok ayam yang terdengar setiap hari hingga tempat mereka menginap.
Agar hal serupa tidak berulang di kemudian hari, kata Frans maka pengelola destinasi wisata mesti mampu memberikan pemahaman kepada wisatawan mengenai kearifan lokal yang harus dijunjung dan dipatuhi.
"Saya hanya ingin mengatakan bahwa ini tentang manajemen destinasi yang harus betul kita atur rumah tangganya agar yang datang sebagai pengunjung dan tamu harus tahu persis apa nilai-nilai lokal yang harus dijunjung dan diikuti," kata dia.
Kendati kunjungan wisatawan amat dibutuhkan, menurut Frans bukan berarti pengelola destinasi wisata tidak boleh menerapkan aturan kepada mereka. "Kita butuh wisatawan tapi jangan sampai 'over acting'. Ini perlu kita perkuat kepekaan mengatur wisatawan. wisatwan harus diatur, baik domestik maupun mancanegara," ujar dia.
Dalam kesempatan itu, Frans juga meminta destinasi wisata mampu menjaga reputasi sehingga mampu diminati pengunjung baik lokal maupun mancanegara secara berkelanjutan. "Reputasi destinasi adalah sesuatu yang harus kita pertahankan karena siklus destinasi itu bisa macam-macam. Ada banyak destinasi yang populer pada suatu masa tapi kemudian tidak populer lagi," kata dia.
Baca juga: Dua desa wisata di Mukomuko Bengkulu ikuti Lomba ADWI
Baca juga: Kemenparekraf berikan dukungan film "Kun Ana Wa Anta"
Pengembangan destinasi wisata berdaya saing dan berkelanjutan, menurut Frans, amat penting melalui penguatan jejaring serta peningkatan kapasitas para pemangku kepentingan. Dalam kesempatan itu, Direktur Destinasi Pariwisata Badan Pelaksana Otorita Borobudur (BPOB) Agustin Peranginangin mengakui bahwa sinergitas ekosistem pariwisata penting untuk keberhasilan pembangunan.
Ia mengatakan BOB memiliki peran dalam mendukung jejaring dan peningkatan kapasitas ekosistem pariwisata, khususnya di lingkungan Kemenparekraf dan tiga destinasi prioritas di Indonesia. "Jejaring dan sinergitas ekosistem pariwisata sangat penting untuk keberhasilan pembangunan di tiga kawasan super prioritas. BOB ikut serta mendukung peningkatan kapasitas tersebut," kata dia.
Berita Terkait
PON XXI membuka peluang usaha dan lapangan kerja
Selasa, 3 September 2024 4:44
Jaksa pinjam ruangan Inspektorat Sumbawa periksa saksi kasus Motocross 2023
Jumat, 30 Agustus 2024 17:09
Kemenparekraf terima 34 SKKNI dari Kemnaker untuk SDM pariwisata
Selasa, 27 Agustus 2024 7:42
Kemenparekraf terima 34 SKKNI dari Kemnaker
Selasa, 27 Agustus 2024 7:15
Indonesia Quality Tourism Conference perkuat wisata berkualitas
Rabu, 21 Agustus 2024 19:38
Kemenparekraf gelar pendampingan penyusunan paket wisata B3
Rabu, 21 Agustus 2024 19:34
Menparekraf Sandiaga: Pemerintah susun rencana pembangunan tol di Bali Utara
Senin, 19 Agustus 2024 21:17
Kejati NTB temukan indikasi pidana korupsi Lombok Sumbawa Motocross 2023
Jumat, 16 Agustus 2024 16:22