Kupang (ANTARA) - Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Josef Nae Soi menilai bahwa alat tukar Rupiah sangat penting di NTT yang merupakan wilayah perbatasan dengan dua negara Timor Leste dan Australia. “Berbatasan dengan Australia dan Timor Leste tentu menjadi tantangan sendiri yakni berkaitan dengan kedaulatan, sehingga pelaksanaan Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2023 yang digelar BI NTT di wilayah 3T itu sangat penting untuk menjaga kedaulatan NKRI,” katanya di Kupang, Sabtu.
Hal ini disampaikannya saat melepas keberangkatan tim Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2023 yang digelar oleh BI NTT bekerja sama dengan TNI AL menggunakan KRI Escolar 871 di dermaga Tenau Kupang.
Dia mengaku bangga dengan Bank Indonesia khususnya perwakilan NTT dan juga TNI Angkatan Laut yang memilih wilayah 3T sebagai lokasi kegiatan tersebut yang berlangsung selama lima hari ke depan mulai dari Sabtu (20/5) hingga Kamis (25/5) pekan depan.
Orang nomor dua di NTT itu mengatakan bahwa Rupiah harus berdaulat di negeri sendiri bahkan jika perlu di negeri orang lain. “Berdaulat dalam negeri berarti bahwa harus mencintai rupiah, menjaga rupiah, karena dengan rupiah bisa memberikan hidup dan kehidupan bagi bangsa Indonesia,” ujar dia.
Dia berharap alat tukar di Indonesia terutama di NTT yang berbatasan darat dengan Timor Leste diharapkan bisa menggunakan rupiah sebagai alat tukar, karena satu pulau dua negara, dan satu budaya, maka harus menggunakan rupiah saja.
Dia pun menilai bahwa rupiah yang berdaulat diperlukan sinergitas yang tinggi terutama di zaman yang serba modernisasi dengan istilah pentahelix. “Harus secara komprehensif dan integrasi tidak meninggalkan eksistensi masing-masing tetapi saling memahami satu sama lain, menuju satu tujuan yaitu NTT bangkit dan NTT sejahtera,” tambah dia.
Pelaksanaan Ekspedisi Rupiah Berdaulat 2023 kali ini dilakukan di lima pulau 3T di tiga kabupaten di NTT. Lima pulau itu adalah Pulau Adonara dan Solor di Kabupaten Flores Timur, desa Lamalera Kabupaten Lembata, lalu di Pulau Alor dan Pantar di Kabupaten Alor.
Baca juga: APTIKNAS anjurkan BSI terbuka ke publik terkait serangan siber
Baca juga: Bank Indonesia dorong peningkatan produktivitas cabai merah
Kas yang disiapkan mencapai Rp15 miliar dengan rincian setiap pulau minimal disiapkan Rp3 miliar. Dalam kegiatan selama lima hari tersebut, tidak hanya penukaran uang lusuh, namun diselingi dengan pelaksanaan sosialisasi tentang rupiah dan penyaluran bantuan bagi sekolah dan rumah ibadah di lima pulau 3T tersebut.