Gubernur Koster ingin pertumbuhan penduduk bersumber dari kelahiran warga Bali

id Raperda Haluan 100 tahun ,DPRD Bali,Gubernur Bali

Gubernur Koster ingin pertumbuhan penduduk bersumber dari kelahiran warga Bali

Gubernur Bali Wayan Koster saat menyampaikan jawaban sekaligus memaparkan Raperda Haluan Pembangunan Bali Masa Depan 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125 dalam Sidang Paripurna DPRD Bali di Denpasar, Rabu (28/6/2023). ANTARA/Ni Luh Rhismawati.

Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali Wayan Koster berharap pertumbuhan penduduk di provinsi itu dalam kurun waktu 100 tahun ke depan bersumber dari peningkatan kelahiran krama (warga) Bali, dengan mengendalikan pertumbuhan penduduk yang bersumber dari migrasi luar Bali.

"Tingginya jumlah penduduk Bali, terutama yang berasal dari kelahiran krama Bali, memberi manfaat positif bagi kehidupan krama Bali, secara individu dan kolektif, memperkokoh eksistensi dan keberlanjutan kebudayaan Bali," kata Koster di Denpasar, Rabu.

Koster menyampaikan hal tersebut saat menyampaikan jawaban sekaligus memaparkan Raperda Haluan Pembangunan Bali Masa Depan 100 Tahun Bali Era Baru 2025-2125 dalam Sidang Paripurna DPRD Bali. Namun, Koster mengatakan di sisi lain tingginya jumlah penduduk berpotensi menimbulkan permasalahan dan tantangan baru terhadap alam, manusia, dan kebudayaan Bali. "Terlebih lagi, bilamana tingginya jumlah penduduk Bali bersumber dari migrasi luar Bali, sedangkan angka kelahiran penduduk lokal Bali menurun," ucapnya.

Menurut Koster, bahkan kelahiran penduduk Bali anak ke-3 (Nyoman/Komang) dan anak ke-4 (Ketut) semakin menurun dan terancam punah, maka beban Bali akan semakin meningkat dan berat. Koster mengemukakan pada tahun 2023, data jumlah siswa SD, SMP, dan SMA/SMK/SLB mencapai 758.174 orang. Jumlah siswa yang memakai nama Bali sebanyak 595.931 orang (79 persen) dan siswa yang memakai bukan nama Bali sebanyak 162.243 orang (21 persen).

Dari jumlah siswa yang memakai nama Bali itu tercatat nama anak pertama (Putu, Wayan, Gede) sebanyak 233.013 orang (39 persen) dan nama anak kedua (Made, Kadek, Nengah) sebanyak 215.731 orang (36 persen).

Selanjutnya nama anak ketiga (Komang, Nyoman) sebanyak 109.198 orang (18 persen), dan nama anak keempat (Ketut) sebanyak 37.389 orang (6 persen). "Ini sudah merupakan peringatan yang harus menjadi perhatian sangat serius, bahwa kalau tidak dilakukan upaya nyata, nama Ketut terancam punah," kata Koster.

Peningkatan jumlah penduduk berdampak langsung terhadap peningkatan kebutuhan hidup berupa udara, air, pangan, energi, sandang, lahan permukiman, perumahan, papan, pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, lapangan pekerjaan, transportasi, infrastruktur, komunikasi, dan informasi.

Koster menambahkan pada tahun 2022, jumlah penduduk Bali sebanyak 4,3 juta jiwa, dengan rerata laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,01 persen per tahun. Dengan demikian pada tahun 2025 jumlah penduduk Bali diperkirakan mencapai 4,5 juta orang.

Baca juga: Bapanas menggelar gerakan pangan murah di Kabupaten Bangli Bali
Baca juga: Wisatawan tewas akibat terseret arus pantai selatan Sukabumi


Ke depan, laju pertumbuhan penduduk Bali diperkirakan akan meningkat menjadi pada kisaran 1,2 persen-1,5 persen per tahun. "Dengan perkiraan jumlah penduduk pada tahun 2025 mencapai 4,5 juta orang, dan pertumbuhan pada kisaran 1,2 persen-1,5 persen per tahun, maka jumlah penduduk Bali pada kurun waktu 100 tahun ke depan, dari 2025-2125, diperkirakan mencapai pada kisaran 9,9 – 11,3 juta orang," ucapnya.