NTB butuh SDM untuk mengembangkan industri jagung

id SDM Jagung

NTB butuh SDM untuk mengembangkan industri jagung

Dokumen - Seorang pedagang bibit jagung menata jagung dagangannya di pasar tradisional Dusun Geres, Desa Lendang Nangka, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur, NTB. (FOTO Antaranews NTB/Ahmad Subaidi)

Berdasarkan hasil pemetaan `critical constraint`, diketahui bahwa faktor SDM menjadi aspek utama yang segera harus diperbaiki
Mataram (Antaranews NTB) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Nusa Tenggara Barat Achris Sarwani mengatakan NTB membutuhkan sumber daya manusia (SDM) terampil untuk mendukung pengembangan industri olahan jagung.

"Berdasarkan hasil pemetaan `critical constraint`, diketahui bahwa faktor SDM menjadi aspek utama yang segera harus diperbaiki, mengingat industri jagung membutuhkan pekerja dengan keterampilan yang memadai," kata Achris, di Mataram, Selasa.

Ia mengatakan berdasarkan hasil asesmen pemetaan pemilihan industri potensial kompetitif daerah (IPKD) NTB, industri pengolahan berbasis sektor pertanian dapat menjadi penggerak ekonomi baru.

Sektor pertanian menjadi salah satu sektor yang dominan dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi. Hal itu juga memperkuat identitas NTB sebagai provinsi agraris dan daerah lumbung pangan.

Berdasarkan pemetaan hasil survei dan forum diskusi grup yang telah dilakukan, diketahui bahwa komponen kekuatan (strength) NTB adalah kondisi tanah dan klimatologisnya yang mendukung.

"Dan tersedianya lahan yang cukup sangat mendukung dalam pengembangan industri pengolahan jagung," ujarnya.

Di sisi lain, lanjut dia, terdapat peluang (oportunity) untuk mengembangkan industri pengolahan jagung. Di antaranya adanya pengembangan hilirisasi produk, meningkatnya kebutuhan terhadap produk tanaman perkebunan dan berkembangnya pasar produk organik.

"Namun di sisi lain, terdapat beberapa kelemahan (weakness) yang perlu diperbaiki untuk pengembangan industri tersebut, yakni dari sisi ketersediaan SDM terampil," ucap Achris.

Pria yang baru satu bulan menjabat sebagai Kepala BI NTB ini mengatakan faktor lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah terkait pembiayaan yang dipandang relatif rendah. Selain itu, masalah infrastruktur dasar dan permasalahan regulasi menjadi faktor berikutnya yang menjadi kendala kritis industri jagung.

Di sisi lain, beberapa ancaman (threat) yang perlu dihadapi dalam pengembangan industri pengolahan jagung adalah harga jagung yang relatif tidak stabil (volatile) serta persyaratan kualitas ekpor yang semakin tinggi.

Lebih lanjut, ia menambahkan pengembangan kerangka model bisnis agroindustri jagung utamanya melibatkan petani, industri jagung yang dikelola oleh swasta, dan intansi terkait.

Menurut Achris, dalam model bisnis pengembangan agroindustri jagung tidak hanya ditekankan pada keterkaitan antar pihak petani di sektor hulu dan pelaku industri di sektor hilir.

"Namun juga diperlukan keterlibatan pemerintah daerah dalam memastikan jumlah produksi jagung yang dihasilkan petani dapat mencukupi kebutuhan bahan baku agroindustri dan pencipataan iklim investasi yang kondusif," katanya.

Bank Indonesia sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, kata dia, berperan dalam mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran nasional. Baik yang dilakukan secara tunai melalui penyediaan uang kartal yang berkualitas dengan pecahan yang sesuai dengan kebutuhan petani jagung dan pelaku usaha agroindustri jagung maupun nontunai melalui perbankan.

"Kami juga dapat dilakukan kajian program pengembangan klaster untuk pengembangan tanaman jagung di NTB," ujarnya.

Data Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB tercatat produksi jagung sebanyak 1,2 juta ton dari target 1,1 juta ton pada 2016. Angka produksi bertambah menjadi 1,5 juta ton pada musim tanam 2017. (*)