Ankara (ANTARA) - Setiap kemungkinan perubahan dalam kepemimpinan Amerika Serikat setelah pemilihan presiden mendatang tidak akan memengaruhi komitmen AS terhadap Filipina, sekutu lamanya di Asia, kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Selasa.
Dengan waktu lebih sedikit lebih dari tiga bulan sebelum warga AS memilih presiden baru pada November, Blinken mengatakan bahwa aliansi lama antara AS dan Filipina "tidak berubah dari pemilihan ke pemilihan." menurut harian lokal Philippine Star.
"Kami memiliki Perjanjian Pertahanan Bersama yang menjadi komitmen Amerika Serikat, komitmen itu akan bertahan lama," kata Blinken pada konferensi pers bersama dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, Menteri Pertahanan Filipina Gilbert Teodoro, dan Menteri Luar Negeri Filipina Enrique Manalo.
AS akan memberikan dana militer sebesar 500 juta dolar AS (sekitar 8,1 triliun rupiah) kepada Filipina, katanya.
Blinken dan Austin berada di Manila untuk melakukan apa yang disebut dialog "2+2" dengan mitra mereka dari Filipina, kunjungan yang merupakan bagian dari tur 10 hari mereka di enam negara di Asia.
"Pemilu merupakan ciri rutin demokrasi kita. Yang juga merupakan ciri rutin adalah aliansi yang telah berlangsung lama antara kedua negara kita," kata Blinken.
Austin mengatakan bahwa dukungan untuk Filipina di AS bersifat bipartisan.
"Dan kapan pun Anda melihat tingkat dukungan bipartisan itu, Anda dapat yakin bahwa dukungan itu akan terus berlanjut," tambahnya.
Menteri Luar Negeri Filipina Manalo mengatakan bahwa dengan hubungan bilateral antara kedua sekutu yang berlangsung lebih dari tujuh dekade, aliansi Filipina-AS tak lekang oleh waktu.
Pada tahun 2014, Filipina dan AS menandatangani Perjanjian Kerja Sama Pertahanan yang Ditingkatkan (EDCA), sebuah pakta yang menurut para pengamat merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk melawan China di Laut China Selatan.
Perjanjian tersebut memberikan akses militer AS ke pangkalan-pangkalan Filipina untuk pelatihan bersama, penempatan peralatan, dan pembangunan fasilitas seperti landasan pacu, penyimpanan bahan bakar, dan perumahan militer.
Manila mengidentifikasi sebagian Laut China Selatan yang luas sebagai Laut Filipina Barat.
Manila dan Beijing terlibat dalam pertikaian mengenai yurisdiksi maritim dan ketegangan meningkat baru-baru ini atas misi pasokan ulang Filipina ke kapal perang era Perang Dunia II yang sengaja dikaramkan di atol yang disengketakan.
Namun, kedua pihak baru-baru ini mencapai pakta untuk kelancaran pasokan, sementara China telah memperingatkan negara Asia Tenggara itu agar tidak memasok bahan bangunan ke kapal BRP Sierra Madre yang dikaramkan itu.
Baca juga: Imigrasi Bali ungkap WNA Filipina produksi narkoba
Baca juga: China minta perjanjian militer Filipina-Jepang
Filipina adalah sekutu tertua AS di kawasan tersebut sejak mereka menjalin hubungan diplomatik pada 4 Juli 1946.
Kemudian pada tahun 1950-an, keduanya menandatangani Perjanjian Pertahanan Bersama yang Washington dapat membantu menanggapi agresi terhadap Filipina.
Sumber: Anadolu