Lima negara peserta EBM minta 18.670 PMI

id BNP2TKI EBM PMI

Lima negara peserta EBM minta 18.670 PMI

Puluhan agensi dari berbagai negara menghadiri EBM 2018 yang digelar BNP2TKI di Mataram, NTB. (Foto Antaranews NTB/ist)

Kami ingin meningkatkan kompetensi calon PMI di berbagai jabatan unggulan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasar kerja luar negeri
Mataram (Antaranews NTB) - Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia mencatat jumlah permintaan Pekerja Migran Indonesia (PMI) sebanyak 18.670 orang dari lima negara yang mengikuti "Employment Business Meeting" (EBM) 2018 di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Kamis.

Lima negara yang membutuhkan PMI adalah Malaysia, Singapura, Uni Emirat Arab, Taipei, dan Turki. Jenis pekerjaan membutuhkan tenaga kerja, yakni perkebunan, konstruksi, manufaktur, "hospitality", perikanan dan di bidang jasa pelayanan.

"Belasan ribu permintaan PMI tersebut merupakan hasil "one on one meeting" hari ini. Dan informasi peluang kerja tersebut akan disebarluaskan ke seluruh daerah untuk menjaring peminat," kata Deputi Kerja Sama Luar Negeri dan Promosi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Drg Elia Rosalina Sunityo, MARS.

Ia mengatakan EBM 2018 yang digelar di Mataram, merupakan kegiatan ke-10 yang digelar oleh BNP2TKI. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memfasilitasi pertemuan antara calon pengguna dan agensi dari luar negeri dengan perusahaan penempatan tenaga kerja Indonesia swasta (PPTKIS) dan sumber penyalur calon PMI di dalam negeri dan forum "one on one meeting".

Tujuan lainnya adalah mendapatkan informasi terkini tentang potensi lowongan jabatan berikut kualifikasi kompetensi dan sertifikasi yang bisa diisi oleh PMI, khususnya di negara-negara "non traditional countries".

"Kegiatan ini sebagai sarana berbagi informasi mengenai potensi suplai PMI di berbagai sektor unggulan, seperti tenaga kesehatan, `hospitality` dan manufaktur," ujarnya.

Lebih lanjut, Elia mengatakan salah satu kegiatan yang menjadi prioritas BNP2TKI adalah perluasan penempatan PMI sektor formal ke berbagai negara penempatan. Baik yang tradisional maupun tujuan baru.

Seiring dengan itu pula pemerintah berusaha menurunkan PMI informasi dengan kebijakan "zero" PMI informal pada 2019.

Ia menambahkan hal lain yang menjadi masalah dalam peningkatan penempatan PMI terampik ke luar negeri adalah masih adanya kesenjangan antara permintaan dengan potensi dalam hal kompetensi dan bahasa.

Oleh sebab itu, BNP2TKI memfokuskan program pada 2018 pada upaya peningkatkan kualitas keahlian.

"Kami ingin meningkatkan kompetensi calon PMI di berbagai jabatan unggulan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh pasar kerja luar negeri," katanya.

EBM 2018 di Mataram diikuti oleh enam perwakilan Republik Indonesia, yakni Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Riyadh Arab Saudi, KBRI Kuala Lumpur Malaysia, KBRI Singapura.

Selain itu, Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia Taipei (Taiwan), Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Kuching Malaysia, dan KJRI Kota Kinabalu Malaysia.

BNP2TKI juga mengundang sebanyak 35 agensi, dan 60 PPTKIS serta 3 lembaga pendidikan dan pelatihan yang mewakili sektor prioritas. (*)