Mataram (Antaranews NTB) - Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr H Zulkieflimansyah dan Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah (Zul-Rohmi) akan membangun lokasi percontohan kebun sayur pekarangan pada tiap lingkungan atau dusun di Provinsi NTB.
"Tujuannya agar pola pikir masyarakat NTB bisa berubah, dari konsumtif ke produktif," kata Dr Hj Sitti Rohmi Djalilah, di Mataram, Rabu.
Ia menuturkan, pemanfaatan rumah untuk kebun sayuran, secara berkesinambungan juga akan membantu menekan angka inflasi di daerah, sekaligus membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.
"Untuk menyosialisasikan pemanfaatan pekarangan ini harus ada rumah percontohan pada masing-masing lingkungan, bahkan di masing-masing RT, agar bisa ditularkan ke rumah-rumah lain di sekitarnya dan ini bisa membudaya. Selain itu penting juga sosialisasi yang intensif dengan menggandeng majelis taklim dan organisasi wanita," ujarnya pula.
Rohmi mengatakan, untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan dan membangun kesadaran masyarakat untuk mulai memanfaatkan lahan pekarangan memang harus dilakukan dengan serius, sebab saat ini yang menjadi masalah bukan ketersediaan lahan pekarangan, tapi lebih kepada mindset atau pola pikir masyarakat yang cenderung berpikir praktis namun konsumtif.
"Ini hal sederhana, tapi untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan ini memang harus diseriusi, karena pernasalahannya bukan tidak ada pekarangan, tapi mindset dan kebiasaan masyarakat. Padahal kalau halaman termanfaatkan, maka kebutuhan akan sayur-sayuran sehari-hari bisa terpenuhi dan lebih sehat karena tidak menggunakan pestisida," katanya lagi.
Provinsi NTB merupakan daerah dengan potensi pertanian yang luar biasa. Namun, komoditas pertanian juga kerap kali menjadi faktor pemicu terjadi inflasi di daerah ini.
Hal tersebut terlihat dalam sejumlah rilis resmi Badan Pusat Statistik (BPS) tentang indeks harga konsumen (IHK) yang mengukur laju inflasi daerah. Komoditas cabai dan tomat sayur, hampir selalu masuk dalam 20 komoditas penyumbang inflasi di NTB.
Menurut Rohmi, komoditas yang sebenarnya sederhana itu menjadi pemicu inflasi lantaran kerap terjadi ketidakseimbangan penawaran dan permintaan pada waktu-waktu tertentu.
Jika konsep kebun sayuran pekarangan ini bisa digalakkan, Rohmi merasa yakin sumbangan inflasi dari komoditas sayuran bisa ditekan.
"Pemanfaatan lahan pekarangan untuk kebun sayuran juga bisa menjadi kegiatan sambilan yang menyenangkan, dan cukup bermanfaat bagi masyarakat, terutama kaum ibu rumah tangga," kata dia lagi.
Rohmi mengatakan, selain untuk mengisi waktu dan membantu menekan biaya pengeluaran rumah tangga masing-masing keluarga, jika gerakan ini dilakukan secara kolektif maka bisa juga turut membantu menekan angka inflasi di daerah ini.
"Selama ini, pemerintah melalui PKK dan organisasi-organisasi wanita sudah menggalakkan pemanfaatan pekarangan seperti Program Tancabgas (Tanam Cabai dan Pelihara Unggas), dan banyak program lainnya. Zul-Rohmi akan mendorong lebih serius lagi dengan membentuk percontohan-percontohan di tiap lingkungan," katanya pula. (*)
Rohmi bentuk percontohan kebun sayur untuk warga
Tujuannya agar pola pikir masyarakat NTB bisa berubah, dari konsumtif ke produktif