Lifter Firda atasi rasa was-was rebut medali emas pertamanya
Banda Aceh (ANTARA) - Lifter muda asal Banten, Firda Khairunnisa, berhasil mengatasi rasa was-was yang sempat menghantui dirinya, sebelum akhirnya dapat merebut medali emas pertamanya di Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumatera Utara 2024.
Firda mengamankan raihan medali emas kedua dari cabang angkat besi untuk kontingen Banten, setelah ia menorehkan catatan total angkatan 212 kilogram di kelas 87 kilogram putri, Minggu. Ia mengungguli dua seniornya, Maharani dan Ayunda Risma Rayisyafitri, yang hanya mampu mencatatkan total angkatan 191 kilogram dan 187 kilogram.
“Ini merupakan debut di PON. Sebenarnya tidak menyangka bisa dapat (medali) emas pertama kali debut. Alhamdulillah,” kata Firda pada konferensi pers purna pertandingan di GOR Seramoe, Banda Aceh.
“(Was-was) banget. Saya sudah dua hari tidak bisa tidur. Karena yang dilawan (pemenang-pemenang) medali PON yang kemarin jadi kayak aduh.. Bisa gak ya..,” tambahnya.
Baik Maharani maupun Ayunda merupakan pemenang medali di kelas yang sama pada PON Papua 2021. Maharani meraih medali emas pada PON Papua, sedangkan Ayunda merupakan pemenang medali perak pada PON edisi sebelumnya.
Perihal kecemasan yang menyergapnya, Firda menyebut bahwa sebenarnya yang menjadi pangkal kecemasan bukan saja karena calon lawan yang dihadapi, tetapi lebih kepada sedikit meragukan diri sendiri.
“Aku susah banget tidur dua hari ini karena mikirin gimana ya pertandingannya. Sebenarnya yang ditakutkan bukan Kak Maharani, bukan musuh-musuh yang lain, sebenarnya saya mikirin angkatan saya sendiri sih. Jadi kayak aduh bisa tidak ya, bisa tidak ya,” ujar mahasiswi Universitas Mulawarman itu.
“Karena kemarin tuh saya, dua minggu atau sebulan sebelum berangkat PON, itu lututnya nyeri parah. Sebelah kiri. Cuma alhamdulillah ini gak kambuh sama sekali, cuma yang terakhir, yang gak kena, itu agak sedikit ngilu sih,” paparnya.
Firda kemudian menjelaskan bahwa masalah lain yang harus diatasinya adalah memadukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan kegiatan latihan rutin menuju PON.
Baca juga: Lifter Tsabitha lebih cemas saat tampil di ajang PON
Baca juga: Lifter Rizki ingin medali emas jadi tradisi angkat besi
“Kondisinya pas saya masih di Kaltim kan sambil kuliah ya, jadi bolak-balik, KKN lah, urus ini-itu. Apalagi KKN kemarin saya itu dua bulan sebelum berangkat PON, dan KKN itu kan satu bulan setengah, itu yang bikin saya kayak aduh benar2 bisa gak ya stabilin badan. Soalnya KKN-nya memang di Samarinda, tapi bolak-balik dari mess ke tempat KKN itu yang lumayan jauh,” tuturnya.
Terakhir, Firda menyebutkan mimpinya ingin bermain dan berprestasi di level yang lebih tinggi lagi.
“Inginnya main SEA Games. Memang cita-citanya dari dulu pingin main di SEA Games, juara di SEA Games,” pungkasnya.
Firda mengamankan raihan medali emas kedua dari cabang angkat besi untuk kontingen Banten, setelah ia menorehkan catatan total angkatan 212 kilogram di kelas 87 kilogram putri, Minggu. Ia mengungguli dua seniornya, Maharani dan Ayunda Risma Rayisyafitri, yang hanya mampu mencatatkan total angkatan 191 kilogram dan 187 kilogram.
“Ini merupakan debut di PON. Sebenarnya tidak menyangka bisa dapat (medali) emas pertama kali debut. Alhamdulillah,” kata Firda pada konferensi pers purna pertandingan di GOR Seramoe, Banda Aceh.
“(Was-was) banget. Saya sudah dua hari tidak bisa tidur. Karena yang dilawan (pemenang-pemenang) medali PON yang kemarin jadi kayak aduh.. Bisa gak ya..,” tambahnya.
Baik Maharani maupun Ayunda merupakan pemenang medali di kelas yang sama pada PON Papua 2021. Maharani meraih medali emas pada PON Papua, sedangkan Ayunda merupakan pemenang medali perak pada PON edisi sebelumnya.
Perihal kecemasan yang menyergapnya, Firda menyebut bahwa sebenarnya yang menjadi pangkal kecemasan bukan saja karena calon lawan yang dihadapi, tetapi lebih kepada sedikit meragukan diri sendiri.
“Aku susah banget tidur dua hari ini karena mikirin gimana ya pertandingannya. Sebenarnya yang ditakutkan bukan Kak Maharani, bukan musuh-musuh yang lain, sebenarnya saya mikirin angkatan saya sendiri sih. Jadi kayak aduh bisa tidak ya, bisa tidak ya,” ujar mahasiswi Universitas Mulawarman itu.
“Karena kemarin tuh saya, dua minggu atau sebulan sebelum berangkat PON, itu lututnya nyeri parah. Sebelah kiri. Cuma alhamdulillah ini gak kambuh sama sekali, cuma yang terakhir, yang gak kena, itu agak sedikit ngilu sih,” paparnya.
Firda kemudian menjelaskan bahwa masalah lain yang harus diatasinya adalah memadukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan kegiatan latihan rutin menuju PON.
Baca juga: Lifter Tsabitha lebih cemas saat tampil di ajang PON
Baca juga: Lifter Rizki ingin medali emas jadi tradisi angkat besi
“Kondisinya pas saya masih di Kaltim kan sambil kuliah ya, jadi bolak-balik, KKN lah, urus ini-itu. Apalagi KKN kemarin saya itu dua bulan sebelum berangkat PON, dan KKN itu kan satu bulan setengah, itu yang bikin saya kayak aduh benar2 bisa gak ya stabilin badan. Soalnya KKN-nya memang di Samarinda, tapi bolak-balik dari mess ke tempat KKN itu yang lumayan jauh,” tuturnya.
Terakhir, Firda menyebutkan mimpinya ingin bermain dan berprestasi di level yang lebih tinggi lagi.
“Inginnya main SEA Games. Memang cita-citanya dari dulu pingin main di SEA Games, juara di SEA Games,” pungkasnya.