Jakarta (ANTARA) - Menteri Pariwisata Widiyanti Putri Wardhana menyatakan bahwa penyelenggaraan program "Bina Indonesia Great Sale 2025" merupakan momentum penting bagi sektor pariwisata dalam rangka menggerakkan wisata belanja yang terpadu di Indonesia.
"Indonesia Great Sale 2025, #BelanjaDiIndonesiaAja, merupakan momentum penting untuk menggerakkan wisata belanja yang terpadu. Ini sejalan dengan semangat liburan #DiIndonesiaAja dari Kementerian Pariwisata," kata Widiyanti dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Widiyanti mengatakan wisata belanja adalah salah satu tema perjalanan yang sangat penting, yang juga mendorong perjalanan dan kunjungan wisatawan.
Dalam data yang dirilis oleh YouGov tahun 2023, hampir 77 persen wisatawan asal Indonesia termotivasi oleh kegiatan belanja saat berwisata, ke mancanegara maupun di dalam negeri. Kemudian dalam data terbaru Badan Pusat Statistik pada periode Januari hingga Oktober 2025, perjalanan wisatawan nusantara sudah menembus 697,91 juta perjalanan atau bertumbuh sebesar 11,89 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.
Kunjungan wisatawan mancanegara telah menembus angka 12,7 juta atau tumbuh sekitar 10,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama di Oktober tahun 2024. Dengan wisatawan asal Malaysia masih menjadi penyumbang kunjungan wisman terbesar.
Sedangkan rata-rata pengeluaran belanja wisatawan mancanegara per kedatangan pada periode triwulan 1 hingga 3 tahun ini, mencapai angka 1.259 dolar Amerika Serikat, menurut data dari STR dan Horwath HTL untuk wilayah ASEAN.
"Dengan demikian, pada periode triwulan yang sama, sektor pariwisata menyumbangkan devisa negara sebesar 13,8 miliar dolar Amerika Serikat. Pariwisata juga turut berkontribusi sebesar 3,96 persen dari pertumbuhan angka Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada periode triwulan 1 hingga 3 tahun 2024, sesuai data sementara BPS," ujarnya.
Baca juga: Kemendag mendukung peningkatan daya beli masyarakat dengan program diskon
Dengan melihat angka positif yang mengiringi pemulihan perangkat kunjungan wisatawan mancanegara, Widiyanti mengajak seluruh pelaku industri pariwisata untuk memahami pentingnya aktivasi pada pariwisata dan menciptakan kebijakan yang mendukungnya.
Ia menilai aktivasi bukan lagi sekadar pemanis saja, ini adalah strategi strategis untuk mendorong wisatawan berbelanja lebih banyak, tinggal lebih lama, dan memilih Indonesia sebagai destinasi favorit.
"Dengan aktivasi berkelanjutan, belanja menjadi bagian dari pengalaman berwisata, produk-produk lokal meningkat, dan naik-naik daya saing destinasi meningkat. Pajaknya dikembalikan, tetapi oleh-oleh dan pariwisata produk kreatif lainnya," kata dia.
Baca juga: Distribusi beras Program SPHP salah satu upaya bina RPK di Sulut
Widiyanti meyakini bahwa program itu akan memperkuat daya tarik perjalanan yang holistik sekaligus menciptakan keterhubungan antara destinasi, pusat perbelanjaan, kuliner, dan kegiatan lainnya.
Menurutnya, melalui kolaborasi yang kuat target untuk mencapai 1,08 miliar pergerakan wisatawan domestik di tahun 2025 dapat tercapai. Dalam kesempatan itu, ia turut mengajak masyarakat untuk menikmati momen belanja di Indonesia saja. Terutama bagi para ibu yang disebut gemar berbelanja dan mengetahui kualitas terbaik dari berbagai produk.
"Ibu-ibu selalu tahu mana produk yang bagus, mana yang bernilai, dan mana yang bisa membawa kebahagiaan bagi keluarganya. Jadi, mumpung Indonesia Great Sale sedang berlangsung, saya ingin mengajak seluruh masyarakat Indonesia, khususnya ibu-ibu, mari belanja di Indonesia aja!" ucapnya.
“BINA Indonesia Great Sale 2025: Wisata Belanja di Indonesia" merupakan realisasi dari gerakan nasional Belanja di Indonesia Aja (BINA). Gerakan nasional ini diinisiasi oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian bersama Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) untuk memperkuat perdagangan dalam negeri.
Pekan belanja “BINA Indonesia Great Sale 2025: Wisata Belanja di Indonesia” menjadi kerja bersama antara Kementerian Pariwisata, Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO) yang melibatkan lebih dari 380 perusahaan, 80.000 gerai, dan 800 merek serta didukung Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) yang menaungi lebih dari 400 mal di 24 provinsi.