Mataram (ANTARA) - Di tengah suhu udara panas yang menguap pada kawasan perbukitan batu di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, lonceng penanda waktu berdetak menghasilkan gelombang yang menggetarkan udara.
Dosen Program Studi teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Haris Miftahul Fajar tertegun saat mengamati tebing-tebing batuan yang berdiri kokoh menopang langit di sepanjang perjalanan darat dari Mataram hingga Dompu.
Dia mencoba merekonstruksi ulang melalui pikiran tentang letak gunung api purba yang menjadi dapur pembuat endapan mineral-mineral berharga dengan temuan potensi sumber daya mineral Onto sebanyak 2,1 miliar ton.
Haris mengungkapkan angka 2,1 miliar ton merupakan kawasan eksplorasi yang terbagi ke dalam sumber daya tereka dan tertunjuk. Dalam satu ton batuan bila diekstrak hanya menghasilkan bulauan atau emas sekitar 0,37 gram sampai 0,58 gram.
"Potensi 2,1 miliar ton itu bukan sebenarnya emas. Itu adalah agregat (eksplorasi) yang di dalamnya terdapat tembaga dan emas," kata Haris dalam diskusi singkat tentang aspek geologi keterbentukan deposit mineral di Dompu, Nusa Tenggara Barat, pada penghujung November 2024.
Proyek Hu'u menjadi perbincangan publik selama beberapa waktu terakhir. Proyek yang digarap PT Sumbawa Timur Mining (STM) berada dalam tahap pra-studi kelayakan dengan program eksplorasi ekstensif yang sedang berlangsung untuk memastikan kelayakan teknis, sosial, lingkungan dan finansial.
Gunung api purba
Dompu yang terletak di tengah Pulau Sumbawa memiliki sejarah panjang tentang proses geologis yang membentuk endapan-endapan mineral terutama emas dan tembaga.
Haris yang tergabung dalam Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) wilayah Jawa Timur menerangkan sekitar 20 sampai 40 juta tahun silam ada jejak gunung api purba yang aktif erupsi pada wilayah selatan Dompu.
Gunung api purba menghasilkan endapan emas dan tembaga akibat proses geologis yang terjadi di dalam perut bumi saat aktivitas vulkanik berlangsung. Proses geologi itu melibatkan magma, gas, dan cairan yang terkandung dalam kerak bumi.
Magma yang kaya unsur logam, termasuk emas dan tembaga, kemudian terlarut dan mengendap melalui proses geologis selama jutaan tahun. Ketika gunung api purba padam sepenuhnya, maka bagi industri pertambangan itu dapat menghadirkan potensi yang sangat besar.
Bila tidak ditambang, maka mineral yang terkubur di bawah permukaan tanah akan melanjutkan kembali siklus geologi selanjutnya, seperti pelapukan secara fisik maupun kimia.
Keberadaan panas bumi di daerah Dompu yang masuk ke dalam kawasan Proyek Hu'u juga memberikan peluang bagi penciptaan energi baru terbarukan yang ramah lingkungan dengan potensi setrum hijau mencapai 69 megawatt ekuivalen.
Aktivitas hidrothermal berupa cairan panas yang bergerak melalui celah-celah batuan--yang kini masih aktif--dapat mengendapkan berbagai mineral, termasuk emas dan tembaga. Potensi geothermal menandakan akumulasi mineral di dalam kerak bumi masih berlangsung di daerah Dompu.
Menggali peluang
Aktivitas eksplorasi untuk menemukan dan mengevaluasi sumber daya mineral yang dapat ditambang di Proyek Hu'u masih memerlukan waktu tujuh tahun lagi atau berlangsung hingga tahun 2030. Eksplorasi merupakan langkah awal yang krusial untuk memastikan bahwa kegiatan penambangan dapat dilakukan secara ekonomis dan berkelanjutan.
Masyarakat perlu mendukung aktivitas eksplorasi karena hal itu memberikan manfaat berupa penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan daerah, peningkatan infrastruktur, transfer teknologi, hingga pemberdayaan ekonomi lokal.
Walau Proyek Hu'u belum memasuki tahap eksploitasi, Sumbawa Timur Mining telah menjalankan program pemberdayaan bagi masyarakat sekitar yang berfokus kepada sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan, dan sosial-budaya.
Manajer Departemen Community Relations STM Ulya Defretes menyebut program pemberdayaan yang pihaknya lakukan telah menjangkau lebih dari 20 ribu penerima manfaat.
Bila aktivitas eksplorasi berjalan lancar hingga ke tahap eksploitasi, maka industri tambang mineral yang berada di Dompu mampu memberikan manfaat lebih banyak secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat.
Ragam manfaat itu berupa penciptaan lapangan kerja baru, pendapatan negara dan daerah, peningkatan infrastruktur, pengembangan teknologi dan keahlian, peningkatan kesejahteraan ekonomi, serta investasi dan perdagangan.
Setiap aktivitas industri ekstraktif membutuhkan tenaga banyak orang. Para pekerja tambang perlu makan dan tempat tinggal, sehingga memberikan peluang rantai pasok bagi terciptanya hunian rumah maupun indekos serta kedai makanan.
Meski punya manfaat besar bagi sektor ekonomi, industri tambang mineral perlu dikelola dengan bijaksana agar tidak menimbulkan dampak negatif berupa kerusakan lingkungan dan ketimpangan sosial di masa mendatang.
Baca juga: Bertemu Tuhan di perut Bumi
Baca juga: Mengunjungi pulau Seribu Matahari, Seribu Bukit
Baca juga: Cadangan mineral dua miliar ton di Dompu belum terbukti
Baca juga: ANTARA NTB bersama PWI dan STM gelar pelatihan jurnalistik di Dompu