Pendataan pasien gejala HMPV di RSUD Mataram tunggu petunjuk teknis

id RS Ruslan,Kota Mataram,virus HMPV,RSUD mataram,pasien HMPV,pendataan pasien HMPV

Pendataan pasien gejala HMPV di RSUD Mataram tunggu petunjuk teknis

Areal Rumah Sakit Ruslan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. ANTARA/Nirkomala.

Mataram (ANTARA) - Rumah Sakit Ruslan Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat, masih menunggu petunjuk teknis pelaksanaan terkait pendataan pasien pertanda gejala virus Human Metapneumovirus (HMPV).

"Dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kami memang diminta mendata kasus-kasus pertanda virus HMPV yang mirip dengan pneumonia, namun hingga kini secara petunjuk teknis belum ada," kata Direktur Rumah Sakit Ruslan Kota Mataram dr Hj Eka Nurhayati di Mataram, Jumat.

Virus HMPV akuinya, belakangan ini memang menjadi perhatian publik dan virus itu ramai diperbincangkan di luar negeri dan informasi dari Kementerian Kesehatan ternyata sudah lama ada di Indonesia sehingga bukan virus baru dan tidak berbahaya.

Namun demikian, sebagai kesiapsiagaan rumah sakit di seluruh Indonesia diminta melakukan pendataan terhadap pasien dengan gejala HMPV.

"Kami diminta mendata saja kejadian-kejadian pneumonia yang gejalanya sama dengan virus COVID-19 juga sehingga dibutuhkan pemeriksaan khusus," katanya.

Baca juga: Warga Mataram diimbau tak panik dengan virus HMPV

Oleh karena itu, untuk mengetahui ada warga yang terkena virus HMPV, Kementerian Kesehatan diharapkan dapat mengeluarkan ketentuan dan penjelasan lebih lanjut.

Tujuannya, agar rumah sakit di daerah bisa mengambil langkah-langkah sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.

"Kami hanya sebatas diminta melakukan pendataan sementara regulasi belum ada. Jadi saya juga belum berani mengeluarkan pernyataan lebih jauh," katanya.

Apalagi dengan gejala HMPV yang disebut mirip COVID-19, yang diawali dengan penyakit flu, sementara pada musim pancaroba saat ini lazim warga terkena flu dan penyakit saluran pernapasan lainnya (ISPA) dampak perubahan cuaca.

"Jika ada satu dua yang kena pneumonia sebenarnya itu kasus biasa saja. Saya tidak mau dibesar-besarkan karena bisa membuat masyarakat panik," katanya.

Baca juga: Masyarakat NTB diminta tetap tenang hadapi berita kasus HMPV

Di sisi lain, Eka menyebutkan, kasus ISPA sejak akhir tahun 2024 memang mengalami peningkatan dan kondisi itu dinilai sesuatu yang biasa terjadi karena pengaruh cuaca.

"Musim hujan penyakit ISPA ini pasti meningkat dan kemungkinan yang rentan asma atau penyakit lain gejalanya lebih berat karena penyakit penyerta," katanya.

Terkait dengan itu, Eka mengimbau masyarakat agar tidak perlu panik dan khawatir secara berlebihan menyikapi pemberitaan yang virus HMPV.

"Yang penting terapkan pola hidup sehat dan bersih (PHBS). Tidak perlu juga berlebihan," katanya.

Baca juga: Surveilans diperkuat agar virus HMPV tak masuk wilayah NTB
Baca juga: Jakarta terus pantau kasus penyakit mirip influenza
Baca juga: Berolahraga dan berjemur bantu kuatkan imun cegah HMPV
Baca juga: Pemerintah Indonesia diminta belajar dari China buat jurnal periodik mengatasi HMPV

notification icon
Dapatkan Berita Terkini khusus untuk anda dengan mengaktifkan notifikasi Antaranews.com